Film ini menarik. Pendekatan hukum dari perspektif sosiologis. Yang muncul bukan sesuatu yang ideal, melainkan apa adanya. Kondisi tahun 80an di Amerika. Hukum dan kesadaran hukum masih belum mampu disandingkan. Hukum benar-benar ruang gelap. Sampai-sampai muncul pameo, bahwa pengacara ada profesi paling dibenci di Amerika kala itu. Mengapa, karena pengacara masih dipandang sebagai pembela para bajingan. Bukan hanya bajingan yang dibenci, pengacara sebagai pembelanya turut menjadi musuh publik. Meski demikian, tetap saja, pengacara menjadi profesi paling dicari ketika seseorang terpaksa berhadapan dengan hukum.
Film ini secara penuh mengemukakan dinamika penegakan hukum. Penonton disajikan bagaimana ruang sidang di Amerika yang menganut sistem common law. Ada hakim tunggal, jaksa penuntut umum, pembela (pengacara), terdakwa, dan yang pasti sekelompok juri. Pemilihan juri juga ditampilkan dengan menarik, karena status dan cara pandang juri akan menentukan seorang terduga pelaku bersalah atau tidak. Pengacara maupun jaksa berlomba meyakinkan juri untuk menetapkan salah tidaknya terduga pelaku.Â
Ada juga penggambaran etika profesi dalam film ini. Misalnya, pengacara bagaimanapun tidak bisa membuka fakta yang diterima khusus dari kliennya, meski itu berupa hal berupa pelanggaran hukum. Sebagai bagian etika profesi, mereka harus penuh bersedia menyimpan banyak "sampah" dari para klien. Film ini sangat direkomendasikan bagi para pembelajar hukum.
Film ini sebaiknya diawali dengan sebuah novel. Penonton sebaiknya sudah membaca lengkap seting utuh dari ceritanya, baru menonton dalam film untuk versi visualnya. Mengapa demikian, karena film ini terkesan buru-buru. Cukup sulit menyesuaikan dengan plot, seting, dan dialog yang ditampilkan. Namun ide gagasan besar film ini cukup bisa ditangkap, bahwa hukum dan penerapan hukum itu selalu berbeda. Mungkin perlu menontong dua sampai tiga kali untuk menangkap utuh pesan dalam film ini.
Film ini adalah film tentang fragmen perjuangan seorang pengacara (Artur) dalam upayanya bersama-sama penegak hukum lainnya dalam mewujudkan keadilan. Perbedaan posisi kedudukan dan cara pandang, menjadikan tugas ini tidak mudah. Tidak jarang konflik profesional terbawa menjadi konflik personal.
Yang menarik juga adalah gambaran banyaknya orang yang kecewa pada praktik hukum sampai mengakibatkan perilaku nekat. Hukum melahirkan depresi luar biasa. Seorang tahanan memutuskan bunuh diri setelah permohonan penangguhan tahanannya ditolak. Tahanan lain nekat merampas senjata dan menyandera beberapa orang. Itu semua karena mereka tidak tahan di penjara yang tidak mampu menjamin keamanannya. Mereka mengalami penganiayaan, pelecehan, bahkan pemerkosaan berulang di penjara tanpa bisa berbuat apa-apa.Â
Padahal mereka ada di ruang tahanan yang selalu dijaga ketat petugas. Depresi juga dialami kawan pengacara Artur maupun hakim yang menangani kasusnya. Bahkan hakim itu sampai berkali-kali merencanakan bunuh diri. Di akhir cerita, Artur sendiri tidak mampu mengendalikan diri dengan baik, emosional dan lepas kontrol. Dunia hukum tampak begitu mengerikan.
And justice for all adalah penggalan dari lagu kebangsaan Amerika yang mencita-citakan kesetaraan dan kesamaan di mata hukum. Keadilan adalah hak setiap orang. Hukum harus dibawakan dengan emosi yang stabil dan presisi. Siapapun yang berperkara, hukum harus diterapkan sama. Sehingga dalam kaca mata penegak hukum tidak boleh ada cara pandang yang membedakan kasus berat dan kasus ringan. Semua harus dipandang sama. Karena yang ringan belum tentu benar-benar ringan bagi pihak yang menanggungnya.
And justice for all adalah semangat kemanusiaan. Dia adalah nafas perjuangan hukum yang harus senantiasa dijaga. Barangkali kita tidak pernah menemuinya, tetapi kita tidak boleh berhenti memperjuangkannya.
Syarif Nurhidayat@Tegalsari, 1 Juli 2023