Mohon tunggu...
Syarif Nurhidayat
Syarif Nurhidayat Mohon Tunggu... Dosen - Manusia yang selalu terbangun ketika tidak tidur

Manusia hidup harus dengan kemanusiaannya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bagaimana Mengendalikan Amarah terhadap Anak?

21 Juni 2021   21:44 Diperbarui: 21 Juni 2021   22:34 439
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapa orang tua yang tidak pernah marah terhadap anaknya, atau siapa anak yang tidak pernah kena marah orang tuanya. Tidak ada. Begitulah, sejak dulu hingga nanti masalah parenting paling utama berkisar pada emosi dan komunikasi. Ketika kita bisa mengelola dua hal tersebut dengan baik, maka proses pendampingan buah hati menuju dewasa akan berjalan dengan baik pula. "tapi itu sulit..!", jawabannya, "Ya, itu tentu tidak mudah, tapi setiap orang tua bisa melakukannya".

Berdasarkan buku yang ditulis Ayah Edy, ada dua langkah utama yang dilakukan agar mampu jadi orang tua idaman anak (karena tidak marah-marah terus). Pertama, kenali dahulu apa itu amarah, mengapa kita marah, dan apa akibatnya jika kita marah kepada anak. Langkah ini penting sekali untuk membangun cara berpikir. Amarah adalah salah satu jenis emosi normal yang dimiliki manusia. Sehingga tidak perlu anda membayangkan kita bisa menghilangkannya. Yang bisa dilakukan hanya mengendalikan. Kita sering marah karena salah asumsi. Maka mengidentifikasi sebab kita marah dengan benar menjadi penting. Biasanya kita menuduh anak nakal, rewel, ngeyel dan sebagainya sehingga memicu amarah, namun pada dasarnya, kita memiliki perasaan takut atas diri kita sendiri.

Akibat dari marah juga tidak bisa disepelekan. Keadaan marah seringkali mengakibatkan seseorang lepas kontrol dalam berucap. Kata-kata negatif, ancaman, bahkan mungkin serapah bisa mengalir begitu saja. Mungkin usai kemarahan mereda, semua tampak baik-baik saja. Namun bagaimana bagi diri si anak? Ada trauma yang mungkin tidak mudah untuk disembuhkan.

Langkah berikutnya yaitu yang kedua adalah mengendalikan amarah begitu ia muncul. Pengetahuan dan kesadaran tentang amarah, tidak cukup, karena seringkali ketika emosi tersulut, semua pengetahuan lenyap. Maka Langkah kedua ini penting. Meredakan emosi. Caranya mudah, air. Bisa dengan cuci muka, berwudlu, mandi, atau bahkan berendam. Amarah adalah api, maka dia harus diredam dengan air. Jika tidak sempat dan tidak memungkinkan, bisa dengan minum air dingin. Alternatif lainnya adalah diam, duduk jika sedang berdiri, berbaring, atau bahkan istirahat. Amarah harus dilawan dari dalam. Sambil mengendalikan emosi, cari sebab sebenarnya mengapa kita marah. Maka kita akan menemukan alternatif jawaban rasional agar kemaran tidak terekspresikan secara brutal.

Langkah ketiga, ini juga sangat penting, yakni pasca amarah itu mereka, yaitu bagaimana kita mengkomunikasikan dengan anak. Diperlukan kemampuan komunikasi efektif. Yaitu anak dapat menangkap maksud dari orang tua dengan baik. Gunakan kalimat yang bersifat positif, bukan negatif. Gunakan Bahasa yang sederhana tidak tidak rumit bagi anak. Dibanding melarang, sebaiknya tunjukkan apa yang seharusnya dilakukan anak. Agar tidak lari-lari di mall, daripada melarang lari-lari, orang tua bisa mengajak untuk berjalan pelan-pelan saja.

Itulah tiga tahap utama bisa ditempuh. Namun pada dasarnya tidak ada teknik yang baku. Dalam buku ini, Ayah Edy juga memaparkan teknik latihan dan kontrol diri serta contoh-contoh komunikasi efektif yang mudah diikuti dan praktis.

Setiap kita adalah anak. Kita sekarang adalah hasil pengasuhan di masa lampau. Sudah semestinya pola pengasuhan akan terus berkembang lebih baik, karena objek problemnya selalu sama, yaitu emosi dan komunikasi. Buku menarik untuk usaha menuju orang tua yg lebih baik. Praktis dan "solutif".

Syarif_Enha@Nitikan, 21 Juni 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun