Ada pasangan suami istri dengan empat anaknya harus juga merawat orang tuanya yang sudah renta dan tidak bisa berbuat apa-apa. Beberapa tetangga dan saudara banyak yang menganjurkan untuk mencari orang pintar. Mereka mengira orang tuanya itu banyak memiliki "simpanan" pda masa mudanya sehingga sulit menemui ajal.Â
Dengan kata lain, mereka menganjurkan supaya pasangan suami istri itu berusaha segera mematikan orang tuanya yang sudah begitu tua, namun tak juga ajal menjemputnya. Merepotkan saja katanya.
Namun untunglah, sampai akhirnya belum lama ini orang tuanya meninggal, mereka tidak sampai menghadirkan seorang pintarpun untuk mempermudah kematiannya.Â
Mereka selalu yakin bahwa Tuhan sajalah yang memiliki otoritas untuk mengambil kembali ruh yang telah Ia tiupkan ke dalam raga manusia. Tugas mereka hanya sebatas menjaga orang tua yang telah lemah itu. Tuhan pasti memiliki rencana-Nya sendiri atas kondisi mereka itu.
Seorang anak berketerbelakangan mental, maupun orang tua yang sudah lemah kondisinya sehingga membutuhkan perhatian lebih, seperti selembar kertas ujian yang harus digarap dan di selesaikan oleh orang yang memang Tuhan tunjuk untuk itu.Â
Mereka harus dengan tekun dan hati-hati serta teliti untuk mengerjakannya agar tidak mendapatkan nilai merah dalam buku rapot nantinya. Tidak jarang ada godaan untuk mencari jalan pintas mencontek atau bahkan membayar seorang joki untuk menggantikan tugas mereka itu.Â
Namun ini bukan ujian sekolah yang hanya diawasi oleh satu dua orang pengawas dengan keterbatasan pandangan mereka. Namun pengawas untuk ujian hidup ini adalah Tuhan sendiri dengan para malaikat-Nya, yang mengadakan evaluasi bukan saja detail dalam bentuk tindakan apa yang telah dilakukan, namun juga getaran hati ditiap-tiap jengkal waktu yang berlalu, sebagai ukuran keikhlasan yang begitu lembut.
Jadi, mulailah belajar untuk mengerti. Apapun yang terbentang di hadapan kita, adalah sebuah lembar tugas yang harus kita selesaikan dengan teliti dan hati-hati. Tuhan memiliki takaran-Nya sendiri.Â
Masing-masing kita ditempatkan pada posisi yang tidak sama. Jika di hadapan kita ada sawah, maka olah dengan baik agar menghasilkan namun tetap subur dan lestari.Â
Jika dihadapan kita ada kewenangan, gunakan dengan tepat untuk kemaslahatan masyarakat banyak. Jika kita dihadapkan pada kecurangan, segera hentikan dan upayakan perbaikan.Â
Jika di hadapan kita ada ketidakberdayaan, maka kuatkan dan bimbinglah agar berdaya. Jika di hadapan kita ada kebodohan, maka ajarkanlah tentang pengetahuan akan kebenaran dan kebaikan.Â