Mohon tunggu...
Syarif Nurhidayat
Syarif Nurhidayat Mohon Tunggu... Dosen - Manusia yang selalu terbangun ketika tidak tidur

Manusia hidup harus dengan kemanusiaannya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Jalan Pulang

3 September 2020   05:33 Diperbarui: 3 September 2020   05:20 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam itu terasa dingin, karena musim tengah memasuki kemarau. Diperdiksikan akan terjadi kemarau panjang. Tampak di sebuah ruang, dua orang duduk sambil menikmati rokok kretek ditemani kopi panas. Wajah mereka jauh dari kesan bahagia, senyum seakan sangat mahal bagi mereka untuk ditampakkan. Jika diperhatikan mereka adalah seperti saudara, karena ada sedikit kemiripan dari tekstur wajahnya.

"Aku sudah bosan Kang." Dimana berbicara sambil menghisap dalam-dalam rokok kretek di tangan kitinya.

"Bosan kenapa?" Surya merasa heran dengan pernyataan sahabat seperjuangannya itu, yang sudah ia dianggap sebagai adik sendiri.

"Ya, aku sudah bosan terus menjalankan perjuangan kita ini. Aku sudah lelah Kang." Diman menjawab ringan.

"Kamu jangan mengada-ada. Sudahlah jangan aneh-aneh, kita sudah hampir selesai. Tinggal sedikit lagi." Surya semakin heran dengan Diman yang tiba-tiba aneh.

"Mungkin kamu benar. Tapi aku pingin selesai sekarang. Aku sudah capek."

"Dasar sinting. Kamu itu kenapa? Sudah lima tahun kita sepakat untuk hidup bersama di sini. Nanti kalau sudah saatnya kita akan segera pindah dan memiliki semuanya." Surya mencoba meyakinkan.

"Tahukah kamu, aku telah menyaksikan rumah baru dalam duniaku. Sebuah rumah yang entah sekarang dimana, tapi pasti akan kutemukan." Diman seperti tidak menggubris nasehat temannya.

"Sudahlah kamu sedang sakit rupanya. Percaya pada mimpi yang tidak jelas begitu."  Surya menyela sambil mematikan rokoknya, kemudian menghirup kopi dan meraih bungkus rokok untuk menyalakan kembali.

"Kamu tidak akan mengerti. Aku besok akan pergi." tampak satu keyakinan yang aneh diwajah Diman, tapi jelas sangat meyakinkan.

"Heh. Dengar. Rumah kita itu sekarang di sini. Jangan pergi kemana-mana. Apa kamu sudah menganggap ini bukan lagi rumahmu sehingga kamu hendak mencari rumah baru? Atau kamu sudah tidak perduli lagi dengan perjuangan kita?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun