Jika telah menjadi ilmu, maka tidak ada yang akan menolak dan pada ujungnya, aka nada pengakuan bahwa ternyata Islam sangat rasional. Dengan demikian, bahkan seorang atheis terpaksa harus mengakui kebenaran rasionalitas Islam. Karena ia telah menjadi ilmu, bukan baju teologi maupun idiologi.
Jadi, saya melihat perdebatan negara hukum vs kemanusiaan adalah sebuah kegagalan kita dalam meramu sintesa. Bagaimana mungkin kita melepaskan fitrah kemanusiaan demi peran institusi bernama negara.
Sedangkan negara sangat bergantung bagaimana kita membangun dan menyusun konsep aturannya. Bukankah berarti kita dijajah oleh dan dengan pikiran sendiri. Atau lebih tepatnya, nafsu kita sendiri?
Nafsu itu adalah api. Api itu membakar. Dan nafsu adalah lambang kebodohan. Siapa yang hidup dikuasai dan dikendalikan nafsu, maka itu pertanda akal pikir sehatnya sakit dan lemah.
Siapa yang membiarkan hidupnya dikendalikan nafsu, perilakunya merusak, membakar apa saja, bahkan tidak menutup kemungkinan membakar diri sendiri. (Syarif_Enha@Nitikan, 30 Januari 2019)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H