Dalam masyarakat yang mayoritas begini, mestinya demokrasi masih bisa dinegosiasi untuk ditunda. Kita masih butuh bimbingan orang-orang baik dan bijak yang berilmu, sehingga urusan kemaslahatan bersama bisa direalisasikan dengan maksimal.
Apakah berani kita keluar dari sistem demokrasi? Saya pikir tidak. Kita terlanjur tidak merdeka dalam berpikir. Ada doktrin yang kita benarkan  bahwa demokrasi sementara ini adalah puncak peradaban kekuasaan saat ini.
Tentu kita tidak ingin dipandang oleh orang luar bahwa kita mengalami kemunduran dan keterbelakangan. Sehingga kita memaksakan diri, enak tidak enak demokrasi harus kita telan. Ini lah yang saya sebut tidak merdeka.
Pada akhirnya, kita seperti sedang berjalan dengan satu tujuan yang sama, namun karena barisannya beriingan, ada yang sudah di depan, ada yang berada di jalur cepat, dan seterusnya. Sementara demokrasi seperti kendaraan yang paling banyak dipakai dan dipandang paling cepat menuju tujuan.
Kemudian kita memaksakan naik kendaraan tersebut, meskipun kita tahu belum begitu mahir, dan mungkin sekali akan terjadi kecelakaan atau masuk angin.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H