Mohon tunggu...
Syarif Nurhidayat
Syarif Nurhidayat Mohon Tunggu... Dosen - Manusia yang selalu terbangun ketika tidak tidur

Manusia hidup harus dengan kemanusiaannya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Semoga Kita Baik-baik Saja

16 Juni 2020   09:05 Diperbarui: 16 Juni 2020   09:08 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kita akan memasuki babak baru dalam menghadapi Covid-19. Sudah sekitar tiga bulan, kita semua menjadikan Covid-19 sebagai issu utama di semua kanal informasi. Baik cetak maupun elektronik, dari pewarta beneran sampai media abal-abal, semua menampilkan Covid-19 sebagai aktor utama. Sementara yang lain, menjadi tokoh figuran dan sialnya ada yang berperan sebagai penderita. Kita tahu semua itu, berdasarkan perspektif kita masing-masing.

Tiga bulan, kita sudah berada pada situasi waspada tingkat satu. Kita telah melakukan banyak hal untuk berperan aktif atau pasif agar Covid-19 si aktor utama ini semakin menyebar. Apakah berhasil? Update terakhir, pertanggal 15 Juni, sudah ada 39.294 kasus positif terkonfirmasi tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Beberapa minggu ke depan, diprediksi angka ini akan mengalami lonjakan karena ada pelonggaran. Mungkin iya, tapi akan kembali menurun. Tarik ulur. Kira-kira begitu.

Bukan hanya soal Covid-19 saja yang menarik diikuti, tetapi respon baik pemerintah maupun masyarakat terhadap Covid-19 ini. Pasca pemilu panas penuh intrik politik pencitraan dan identitas yang tidak bermutu, secara mental kita belum sembuh benar. Rasa kecewa, benci, dan dendam seperti masih melekat pada sekian banyak orang. Ketika belum ada Covid-19 ini saja, secara nasional saya belum menemukan titik aman pemerintahan sekarang, dimana ada masa tenang tanpa kontroversi. Mulai dari issu Rivalitas Gubernur DKI, RUU KPK, BPJS, RUKHP, sampai dengan Omnibus Law.

Di tengah instabilitas politik dan issu di atas, muncul Covid-19 yang membutuhkan kekompakan semua elemen bangsa. Jelas ini bukan perkara yang mudah. Saya membaca, ada penolakan sebelum kebijakan apapun dikeluarkan pemerintah, terutama dari kelompok yang masih mempertahankan rasa kecewanya. Cukup banyak amunisi yang bisa dikumpulkan di dunia tanpa batas melalui internet. Baik yang sumbernya terpercaya maupun abal-abal.

Covid-19 memang menjadi masalah bersama, tetapi kalau semua memiliki pendapat dan analisa, dan kemudian memaksakan untuk bertindak sendiri-sendiri itu menjadi masalah. Tentu karena tidak semua orang memiliki cukup data dan alat analisis yang tepat, sehingga seringkali yang muncul adalah kekonyolan. 

Bagi pemerintah ini adalah tantangan berat. Pemerintah pertama harus mampu membuat kebijakan yang mudah dipahami, dan kemudian memberikan pengertian bahwa ini adalah kepentingan bersama. Bukan kepentingan pemerintah, melainkan kewajibannya. Dengan demikian, apapun yang terjadi Pemerintah tidak boleh menyerah.

Kebijakan sudah diambil, dengan segala plus minus dan aneka perdebatan sengitnya. Karantina Wilayah dengan istilah PSBB diberlakukan secara kasuistik. Pembatasan ruang publik dan proses distribusi manusia dikendalikan. Setelah tiga bulan ini, anjuran tetap di rumah sudah mulai melonggar. Orang-orang sudah merasa biasa, dan tidak perlu hawatir.

Di Yogyakarta sampai tulisan ini dibuat ada 272 yang positif. Angka ini agaknya dipandang aman oleh sebagian besar masyarakat. Dengan jumlah penduduk total mendekati 4 juta, angka sedemikian masih dipandang normal. Tentu ini berdasarkan pengamatan pribadi terhadap sikap masyarakat akhir-akhir ini. Kita melihat masyarakat sudah mulai keluar rumah dan beraktifitas dengan "biasa". Sebagian besar menggunakan masker dan beberapa ada yang membawa cairan pencuci tangan mandiri. Di beberapa titik strategis, sudah ada pencuci tangan dengan cairan sabun.

Inilah tanda kita akan siap masuk babak baru. Secara pribadi saya berpikir bahwa Covid-19 masih akan lama ditemukan vaksin atau obatnya, sehingga kita harus bersiap memulai hidup bersamanya secara aman. Dengan tetap waspada dan berhati-hati, semoga kita akan tetap baik-baik saja. 

Syarif_Enha@16_Juni2020_Nitikan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun