Mohon tunggu...
Syarif Nurhidayat
Syarif Nurhidayat Mohon Tunggu... Dosen - Manusia yang selalu terbangun ketika tidak tidur

Manusia hidup harus dengan kemanusiaannya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menunggu Berkah Sang Guru

6 Juni 2020   05:22 Diperbarui: 6 Juni 2020   05:23 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Menunggu bagi kebanyakan orang adalah sebuah kondisi yang sangat tidak diinginkan bahkan sering dikatakan sebagai menyiksa. Apalagi dalam kondisi perkembangan peradaban manusia yang semakin dituntut untuk hidup disiplin dan efisien, menyebabkan orang lain menunggu hampir bisa disebut sebagai sebuah kejahatan.

Semakin lama kita menunggu semakin terasa makin tidak nyaman dan menyiksa. Apalagi jika menunggu tanpa ada kepastian waktu yang kita tunggu. 

Misalkan menunggu kehadiran seseorang yang masih dalam perjalanan dan kita tidak tahu posisi mereka berada dimana. Menunggu menjadi sesutu yang sangat menyakitkan.

Namun menunggu sebenarnya tidak selamanya memiliki dimensi yang negatif dan selalu dipersalahkan. Jika kita melihatnya secara dalam kepada maksud dan tujuan kita dalam menunggu.

Maka, menunggu akan menjadi satu tarekat atau jalan kita menuju satu tingkat kemuliaan. Berikut adalah sebuah kisah yang cukup tepat untuk menggambarkan tentang kondisi menunggu yang seringkali banyak dikeluhkan oleh semua orang.

Dalam kitab Fihi Ma Fihi, dituliskan bahwa suatu hari Amir (Kepala Pemerintahan) datang ke kediaman Jalaluddin Rumi. 

Setelah lama Amir menunggu, datang anak tertua Rumi, yaitu Bahauddin, meminta maaf seraya berkata, "Ayahku berkata bahwa dia tidak ingin menempatkanmu dalam masalah ketika kamu mengunjungiya." 

Namun Amir berkata, "Aku tidak datang kemari agar Sang Guru menemuiku dan berbicara denganku. Tujuan kedatanganku adalah mendapatkan kehormatan berada diantara hamba-hambanya."

Kemudian Amir menceritakan keadaannya kepada Rumi ketika akhirnya berkesempatan menemuinya, dia menyatakan bahwa perbuatannya tersebut adalah sebuah jalan mencari ilmu. 

Ketika Sang Guru tengah khusuk dan tidak menunjukkan diri sampai membuatnya menunggu lama sekali, membuatnya sadar betapa sulit dan tidak menyenangkannya jika dirinya membuat orang lain menunggu ketika mereka sampai di pintunya dan dia tidak siap menyambut mereka. 

Sang Guru telah membuatnya merasakan kegetiran itu dan telah memberinya pelajaran sehingga dia tidak akan bertindak seperti itu kepada orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun