Siapa yang tidak mengenal Syeikh Abdul Qodir Jailani? Terutama bagi kaum Nahdliyin, nama Syeikh Abdul Qodir Jailani memiliki tempat khusus. Hampir di setiap acara tahlilan, selalu ada tawasul kepada beliau sebelum memulai berdoa. Bahkan di daerah Kabupaten Bogor, ada tradisi tasyakuran setelah habis panen yang disebut nazar. Dalam acara nazar diadakan pembacaan riwayat hidup Abdul Qodir Jailani, lengkap dengan karomah-karomahnya.
Siapa sebenarnya Syeikh Abdul Qodir itu? Mengapa beliau begitu dimuliakan oleh sebagian kalangan umat Islam?
Ulama yang dikenal dengan Syekh Abdul Qodir lahir di Gilan, Iran itu, lahir pada tanggal 1 Ramadhan tahun 471 Hijriyah. Ayahnya bernama Abu Saleh dan ibunya bernama Fatimah. Keduanya dikenal sebagai pasangan yang taat. Pada umur 17 tahun, Abdul Qodir pergi belajar ke Bagdad di Jamia Nizamiah.
Kehidupan Abdul Qodir sangat sederhana dan dikenal sangat jujur. Beliau diakui sebagai pendiri tarekat Qadiriyah, yang memiliki banyak jamaah dan menyebar dari Nigeria sampai Tiongkok. Beliau juga menulis setidaknya tujuh karangan, dan yang paling terkenal adalah Al-Fath al-Robbani, yang berisi 60 khotbahnya sepanjang tahun 545-546 Hijriyah. Beliau meninggal pada umur 91 tahun, tepatnya pada tanggal 11 Robi'ul akhir tahun 561 H, atau 14 Februari 1165 M.
Memiliki Banyak Karomah
Bagi orang Indonesia, kisah Wali Songo mungkin tidak asing lagi. Sebagian besar kisah-kisah mereka telah terbukukan dalam banyak fersi. Namun yang paling menonjol adalah kisah-kisah ajaib dan kesaktian-kesaktian yang mereka alami dan miliki. Kita lebih mengenalnya dengan karomah.
Begitu juga Syekh Abdul Qodir Jailani, banyak dikenal karena selain beliau mengalami banyak kejadian yang ajaib, juga karena memiliki banyak kemampuan di atas kemampuan rata-rata manusia. Muhammad Hamidi (2003) telah melakukan penelitian tentang kisah-kisah beliau yang menonjol.
1. Sejak kecil tidak mau menyusu di bulan Ramadhan
Syekh Abdul Qodir tidak menyusu ketika bayi karena beliau diberi taufik oleh Allah SWT. Pada mulanya orang tua Abdul Qodir merasa bingung, namun setelah menyadari bahwa hari tersebut adalah hari pertama bulan Ramadhan, maka menjadi mengerti. Kisah ini menandakan bahwa bukan saja Syekh Abdul Qodir telah berpuasa sejak kecil, namun juga telah dapat mengetahui kapan hari permulaan puasa.
2. Kejujuran menghadapi perampok
Kisah ini sangat terkenal, yaitu ketika pertama kali berangkat belajar ke Bagdad. Dalam jahitan dalam bajunya, sang ibu membekalinya dengan empat puluh uang emas. Dalam perjalanan, beliau bergabung dengan serombongan kafilah yang membawa barang dagangan.