Setiap peristiwa di dunia ini tidak pernah lepas dari skenario besar Allah SWT. Sesederhana apapun peristiwa itu kita persepsikan, pada hakekatnya ada kekeuatan luar biasa yang menggerakkannya.Â
Misal, gugurnya daun markisa setelah dua hari menguning, akhirnya luruh menyatu dengan tanah. Peristiwa yang kita persepsikan sederhana ini, rupanya ada skenaria besar di baliknya, yakni meliputi kelahiran, tumbuh, matang, tua, mati dan gugur, berakhir pada proses kembali menyatu dengan asal.Â
Dari tanah kembali ke tanah. Betapa peristwa yang begitu sederhana menyimpan rangkaian begitu panjang peristiwa. Tergantung perspektif macam apa yang kita bangun untuk memandang sebuah peristiwa tersebut. Sejauh mungkin, semuanya mengantarkan kita pada keagungan Allah SWT.
Fenomena menarik menjelang Idul Fitri dalam masyarakat kita adalah adanya budaya mudik. Betapa mudik masih menjadi satu kebutuhan utama manusia Indonesia yang tidak mudah dan murah. Segala diupayakan demi terpenuhi kebutuhan kita untuk bersua dengan orang tua dan handaitolan di kampung asal.
Imam Ali menyatakan bahwa proses pulang yang paling besar adalah kepulangan kita kepada Allah SWT. Perjalanan panjang kembali kepada Allah dengan membawa bekal yang diperoleh sepanjang hidup manusia di dunia.Â
Bekal itu tidak lain adalah segala amal perbuatan manusia itu sendiri. Bekal amal itulah yang akan menjamin kenyamanan fasilititas yang kita peroleh. Jika amal di dunia kita baik, maka fasilitas perjalanan kita menuju Allah akan baik dan juga nyaman. Sebaliknya, fasilitas yang kita terima bukan hanya buruk.
namun perjalanan akan penuh dengan kesulitan dan pada akhirnya tidak akan bertemu dengan yang kita cari yaitu Allah SWT, jika bekal yang kita kumpulkan adalah berupa amal perbuatan buruk dan sia-sia. Mudik yang paling besar dan hakiki adalah perjalanan pulang kita menuju Sang Maha Pencipta.
Mudik adalah pemenuhan kita kepada fitrah manusia untuk memenuhi kerinduannya. Satu kerinduan yang terbesar adalah kerinduan pada tanah asal, pada atmosfir kelahiran dan masa silam, pada asal muasal manusia, pada satu titik awal tempat sebuah perputaran yang telah lengkap membentuk lingkaran. Hanya yang memiliki kerinduan yang tergerak kembali kepada masa lalunya.
Bagaimana kerinduan itu tumbuh dan hadir dalam nurani? Bagaimana ikatan kepada masa lalu itu ada? Seorang anak akan merasakan rindu yang membuncah di tanah rantau untuk kembali pulang karena memiliki kenangan kuat dengan masa lalunya.Â
Dan kerinduan ini hanya muncul ketika seseorang memiliki kesadaran batapa masa lalu itu tidak mungkin diulang. Dia hanya bisa dikenang. Oleh karenanya, kehadiran pada atmosfer masa lalu akan menjadikan kenangan itu semakin jelas kuat hadir seolang sebuah kenyataan.Â
Masa lalu memang merupakan satu episode kehidupan lampau, namun, begitu kita mendekatinya, berdamai dengannya, maka ia akan menjadi motor pembakar kendaraan melaju ke masa depan.