Sebanyak apapun informasi yang dimiliki namun jika tidak diolah dengan sistematis apalagi hanya dengan emosi, maka kemungkinan besar informasi tidak tersampaikan sebagaimana semestinya.
Informasi yang diserap baik dari panca indra, imajinasi maupun dari akal merupkan file bagi manusia. Adapun logika merupakan sofwere yang bertujuan mengelola file dengan benar hingga melahirkan print out sebagaimana seharusnya.
Sebanyak dan sebagus apapun file namun sofwere tidak difungsikan, maka tidak akan keluar darinya print out yang mungkin diharapkan. Inilah akibat dari 'cuti nalar'. Sebagaimana matahari yang tiada henti menyinari, logika seharusnya aktif sepanjang panca indra, imaji dan akal memberikan inputnya.
Tiap kata yang mewakili maknanya dalam benak bisa keluar menjadi bangunan pernyataan yang sesuai dengan maknanya namun bisa juga sebaliknya. Sehingga 'kata' sebagai dasar dari bangunan pernyataan, proposisi, statmen, dll menjadi penting dianalisis secara logis.
Kata yang mengacu pada maknanya, ada yang sama dalam makna meskipun ekspresi 'kata'nya beragam. Seperti; perempuan & wanita atau alam semesta & jagad raya. Tentunya kesesuaian antara kata dan makna bergantung pada 'kesepakatan' masyarakat atau komunitas. Sebagian menilai: Tuhan, Cinta, dan keber-Ada-an, memiliki makna yang sama meskipun berbeda kata. Ini disebut 'persamaan' atau sinonim
Adapun kata: Jakarta, Hasan, Anjing, motor dll yang masing-masing memiliki makna tidak sama disebut kata 'perbedaan'. Sebagaimana Tuhan dan alam semesta, kata 'sebab' dan 'akibat' hingga hari kiamat akan berbeda makna.
Meskipun demikian, ada kata yang beda makna namun tetap memiliki persamaan baik dalam jenis, golongan, jumlah dan kualitas sehingga disebut 'perbedaan persamaan'. Adam dan Muhammad berbeda namun keduanya sama dari sisi manusia. Saya dan singa berbeda namun sama dari sisi jenis hewan. Alam dan Tuhan juga berbeda, namun keduanya sama dari sisi keberadannya. Meskipun demikian, pada realitasnya 'perbedaan persamaan' ini tak bisa berkumpul karena bagaimana pun Tuhan sebagai Pencipta bukan lah alam sebagai yang dicipta.
Demikian jika kata perbedaan ditinjau dari sisi persamaanya. Di manapun perbedaan mengalir, di situ pula ada persamaan. Namun jika ditinjau dari perbedaanya, maka tidak akan bisa bertemu pada realitas kecuali sebagai sifat. Ini disebut kata 'perbedaan ketidaksamaan'. Indah dan agung memiliki makna beda, namun sebagai sifat keduanya bisa berkumpul pada diri Nabi Muhammad.
Kata perbedaan yang sama sekali tertolak berkumpul ialah kata 'perbedaan pertentangan'. Misalnya, ada dan bukan ada (tiada), manusia dan bukan manusia, dll. Dalam sebuah pernyataan harus memenuhi 3 syarat sehingga kedua benar-benar "bertentangan" dan tidak bisa berkumpul. Yaitu: harus sama dalam waktu, tempat dan segi (sudut pandang).
Contohnya, 1. Soeharto adalah presiden RI pada orde baru dan bukan presiden RI pada orde lama. 2. Soeharto adalag presiden masa orba di Indonesia pada masa yang sama bukan presiden di Iran. 3. Soeharto adalah ayah mba Tutut pada masa, tempat yang sama sekaligus bukan ayah ibu Tien. Ketiga pernyataan ini tidak 'bertentangan' karena tidak dalam waktu, tempat dan segi yang sama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H