Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tarawih dan Orang-orang yang Kalah

11 Juni 2017   23:50 Diperbarui: 12 Juni 2017   08:51 1061
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bulan Ramadan identik dengan sholat tarawih. Bulan puasa identik dengan qiyamullail.

Lalu, siapa yang gak kenal Tarawih?

Tarawih itu sholat sunat yang khusus dilakukan pada malam-malam di bulan Ramadhan. Banyak orang menyebutnya dengan "teraweh", atawa "taraweh".

Gak masalah, sholat tarawih mau 11 rakaat. Atau 23 rakaat. Silakan saja asal khusyu dan tuma’ninah. Yang masalah itu yang gak sholat tarawih. Apalagi alasannya cuma karena nonton TV, nongkrong atawa kegiatan lain yang gak manfaat.

Di negeri ini, sholat tarawih emang punya cerita sendiri. Entah kenapa, makin hari ke hari "jamaahnya" makin maju. Alias makin berkurang, saf-safnya makin maju ke depan. Alias makin sedikit jamaahnya. Di awal-awal bulan puasa, rame dan penuh sesak. Begitu lewat malam ke-10 atawa ke-15, mulai sepi dan jemaahnya "hijrah". Entah kemana?

Ini cuma anekdot tarawih. Dan orang-orang yang kalah.

Kemarin-kemarin. Betapa banyak orang, merindukan datangnya bulan Ramadan. Betapa banyaknya orang-orang yang bergembira ketika bulan puasa hendak tiba. Semarak ramadan, gempita puasa. Begitulah motto di banyak panitia Ramadhan.

Maka wajar, di awal bulan Ramadhan. Masjid-masjid penuh, mushola sesak. Tarawih malam pertama, jamaahnya meluap sampai ke luar. Tarawih semarak.

Tapi begitu lewat hari ke-10 atawa ke-15. Tarawih mulai berubah jadi "tara sawareh" alias "jarang sebagian". Banyak saf makin maju, makin berkurang jamaahnya. Sebagian besar jamaah jarang lagi hadir ke masjid atawa musholla.

Nah puncaknya nanti, di akhir Ramadan, jelang 10 hari terakhir. Tarawih makin berubah jadi "tara weh" alias "jarang deh". Jamaah mulai jarang tarawih lagi. Ibadah malam mulai ditinggal. Ibarat pertandingan, tarawih kalah dibanding sibuknya jamaah nyiapin idul fitri, mudik, belanja. Banyak orang sibuk di mal-mal atawa ada di jalanan. Malam lailatul qadar, malam maghfirah, malam pembebasan dari api neraka hanya tinggal ceramah. Karena tarawih dan ibadah malah makin kalah. Katanya, lelah. Begitulah orang-orang yang kalah dalam tarawih.

Entah sampai kapan, orang-orang kalah dalam tarawih?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun