Siapa orang yang gak sedih “ditinggal” ibunya?
Siapa yang menganggap biasa saja ketika ibu yang telah mendidik dan membesarkanya meninggal dunia? Pasti sedih, pasti gundah. Sungguh, rasa sedih itu sangat manusiawi.
Ketika ibu kita meninggal dunia?
Jangankan berpikir tentang belum mampunya kita, sebagai anak, untuk membalas jasa-jasanya. Sama sekali ini bukan soal “balas jasa”. Karena memang jasa ibu atau orang tua tidak mungkin dapat dibalas oleh anaknya. Sehebat, sesukses apapun seorang anak. Sama sekali gak mungkin mampu membalas jasa ibu, jasa orang tua. Sungguh, gak bakal mampu bahkan gak sebanding.
Adalah benar adanya. SURGA ITU ADA DI TELAPAK KAKI IBU.
Kalau saja kita tahu. Siapa sosok yang paling gigih memperjuangkan mimpi anak-anaknya? Siapa sosok yang paling jempolan menjadikan anak-anak seperti sekarang? Siapa sosok yang paling punya kasih sayang melebihi batas langit dan bumi ?
Semua jawabnya IBU. Maka tidak salah IBU disebut 3 kali. IBU, IBU, dan IBU, baru kemudian AYAH.
Itulah IBU.
Sosok yang sudi dia tetap lapar sementara kita kenyang.
Sosok yang rela dia tetap kehausan, sementara kita puas minum.
Maka tak ada air mata terakhir untuk Ibu. Jangan ada air mata terakhir untuk Ibu.