Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sudahlah, Tidak Usah Terlalu Cepat Menyimpulkan

21 Oktober 2016   10:02 Diperbarui: 21 Oktober 2016   10:11 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Apa kata elo deh| Dokumentasi pribadi

Bete Gak Sih, Terlalu Cepat Menyimpulkan… Apa kata elo deh. Kan elo yang simpulin.

Bete gak sih. Zaman gini, masih ada orang yang modal kebenaran kecil mengaku sebagai pemilik kebenaran mutlak. Orang-orang yang terlalu cepat menyimpulkan. Terlalu mudah memvonis sesuatu. Gak tahu mana sebab, mana akibat.

Hellow, tahu gak sih. Gak semua yang elo pikir itu benar. Apalagi menduga yang diperbuat orang lain itu salah. Lalu, elo mau bilang pikiran elo yang benar? Dan semua orang yang berseberangan dengan elo salah. Itu ilmu dari mana bro. Kasih tahu dong, biar gue juga bisa beguru sama ente.

Kalo terlalu cepat menyimpulkan, itu ceroboh.
Lalu elo bilang sesuatu yang jelek itu musibah. Sesuatu yang baik itu anugerah. Belum tentu kelesss. Semua orang, bukan elo doang bukan gue doang, kita gak akan pernah tahu apa yang akan kita dapatkan selanjutnya. Kita gak tahu apa yang akan terjadi setelah ini. Terus, kenapa juga elo terlalu cepat menyimpulkan? Terlalu cepat memvonis!

Elo yang pembenci, kenapa orang lain yang dihujat. Elo yang pendendam, kenapa orang lain yang dicaci maki. Elo yang pembela mati-matian, kenapa orang lain yang disuruh ngikutin. Bete gak sih model kayak gitu.

Lagi kuliah pengen cepat selesai, lalu kerja. Setelah bekerja malah tersiksa. Pengen begini, pengen begitu tapi gak ada yang bisa dihasilkan. Lalu bilang "belom jodoh". Lha, gak ada yang dikerjain, tentu gak ada hasilnya bro. Ujung-ujungnya,cuma bisa bilang, "gak apa gak berhasil, yang penting sudah berusaha". Tapi dalam hatinya menyesal, nyesel banget. Emang, udah sebesar apa sih usaha elo? Serem banget gak sih. Terlalu cepat menyimpulkan, ehhh ditambah gak bersyukur lagi.

Ceroboh, banyak orang sekarang terlalu cepat menyimpulkan. Modalnya cuma amarah, emosi dan pikiran negatif. Gak ada yang lain.

Maaf nih ya. Kayak yang lagi jomblo.... Iya si jomblo, yang katanya sendirian. Kadang juga terlalu cepat menyimpulkan.
Baru papasan sebentar. Dan gak sengaja mata saling bertatapan. Hati langsung berbunga-bunga aja. Dalam hati, langsung bilang kayaknya cocok tuh cewek ama gue. Kayanya gue lagi jatuh cinta nih. Hahaha, cepet banget elo mblo bikin kesimpulan.

Padahal gak kenal, ketemu orang di jalan, dikasih senyum. Langsung ke-geer-an. Lalu, bilang ke temennya, “kayaknya gue jatuh cinta ama cowok itu”. Dasar jomblo..., suka terlalu cepat menyimpulkan.

Gimana mungkin elo bisa menyimpulkan sebuah buku dengan hanya membaca satu halaman doang. Sungguh, elo terlalu cepat menyimpulkan. Tentang apapun, tentang apa aja yang terjadi sekarang.

Ya gitu deh manusia, emang suka kecepetan. Apa aja disimpulin duluan. Apa aja divonis duluan. Mungkin gak cuma si jomblo sih. Orang banyak juga suka gak sabaran. Akhirnya, bikin kesimpulan sendiri. Mungkin itu udah sifat manusia kali ya. Kata orang udah dari sono-nya. Gak tahu sono yang mana ? Sono-nya elo keless.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun