Salut..! IISIP Jakarta hari ini, Sabtu 16 April 2016, menggelar tradisi ilmiah baru yang menghentakkan. Mereka menyebutnya “KULIAH PAKAR TAMU” untuk mata kuliah Bahasa Indonesia Semester Genap 2015/2016. Sungguh kegiatan ilmiah ini patut diacungi jempol, dengan mengundang pembicara dari luar yang praktisi dan akademisi.
[caption caption="Sumber: Pribadi - Kuliah Pakar Tamu Bahasa Indonesia"][/caption]Acara kuliah pakar tamu dengan topik ”Membangkitkan Apresiasi Mahasiwa terhadap Bahasa Indonesia dan Implikasinya pada Menulis Kreatif” menampilkan nara sumber Drs. Syarifudin Yunus, M.Pd., seorang penulis buku – praktisi komunikasi dan dosen Universitas Indraprasta PGRI & UNJ. Dekan FIKOM IISIP Jakarta, Ibu Dr. Mulharnetti Syas, M.S. hadir membuka acara yang diikuti sekitar 260 mahasiswa dan dosen pengampu.
“IISIP Jakarta memandang perlu untuk mengadakan kuliah pakar tamu ini agar dapat memacu adrenalin untuk bisa menggunakan bahasa Indonesia sebagai aset dalam penulisan kreatif” ujar Ibu Dr. Mulharnetti Syas dalam sambutannya.
Antusiasme mahasiswa IISIP Jakarta semakin menguat setelah menyimak penyajian pembacaan puisi “Tiada Kata Dusta Mr. Presiden” yang dibacakan pmebicara sebelum memaparkan materinya. Acara yang dipandu oleh Ibu Susanti P, M.Pd. dan Ibu Eliza Putri, M.Pd. selaku moderator ini, membuktkan adanya ruang yang terbuka bagi kampus dalam membangkitkan kecintaan mahasiswa terhadap Bahasa Indonesia, di samping gemar menulis secara kreatif.
Drs. Syarifudin Yunus, M.Pd, dalam kuliah pakar tamu ini memaparkan fakta-fakta seputar Bahasa Indonesia sebagai 1) bahasa yang dipelajari di 45 negara, 2) bahasa ke-9 di dunia dengan jumlah pemakai terbanyak, 3) bahasa yang digunakan Wikipedia terbesar ke-26 di dunia dank e-3 dii Asia. Karena itu sudah sepatutnya, mahasiswa harus bangga terhadap bahasa Indonesia. Untuk tidak meremehkan bahasa nasional-nya sendiri. Dengan bekal kemampuan bahasa Indonesia yang baik, maka mahasiswa berkesempatan dapat menekuni dunia kepenulisan.
Dunia kepenulisan yang makin terbuka, baik menjadi wartawan, penulis naskah, editor, penulis lepas, copywriter, humas atau public relations, dan penerbitan. Semua profesi itu sangat membutuhkan kemampuan berbahasa Indonesia yang mumpuni.
Oleh karena itu, Syarifudin Yunus sebagai praktisi dan akademisi yang telah memiliki 12 terbitan buku dan 4 naskah buku yang siap terbit menegaskan akan pentingnya KOMPETENSI dalam bahasa Indonesia, di samping penulisan kreatif yang mencakup 1) pengetahuan, 2) sikap, 3) proses, 4) keterampilan, 5) karya, dan 6) profesi. “Penulis saat ini sudah menjad profesi, memiliki income sendiri. Ada kesempatan yang terbuka bagi siapa yang ingin menekuninya. Syaratnya hanya satu: tuis, tulis, dan tulis” ujarnya.
[caption caption="Sumber: Pribadi - Kuliah Pakar Tamu Bahasa Indonesia"]
![](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/04/16/depan-57126933e022bd9d1589eea9.jpg?v=600&t=o?t=o&v=770)
1. Menulis bukan pelajaran/teori. TAPI PERILAKU
2. Menulis bukan minat/bakat. TAPI GAYA HIDUP
3. Menulis bukan sesekali. TAPI KEBIASAAN.