Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puasanya Surti: Curhat Sama Siapa?

17 Juli 2014   03:11 Diperbarui: 20 Juni 2016   22:24 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Malam ini, Surti baru saja pulang tarawih. Ia masih bersemangat. Menghidupkan malam-malam di bulan puasa. Tapi kali ini, ada yang mengganggu pikirannya. Surti ingin berbagi kisah pada suaminya. Tentang tetangganya yang sore tadi datang ke rumah. Tetangganya yang curhat. Curahan hati, begitu kata banyak orang zaman sekarang.

 

“Mas, tadi sore ibu tetangga sebelah main ke sini. Ngobrol santai. Sekalian curhat tentang barang-barang sembako yang harganya mulai naik. Dia kebingungan. Mana mau lebaran, katanya” ujar Surti.

 

“Ohh gitu Bu. Terus kamu bilang apa?” tanya Tono singkat.

 

“Ya aku bilang saja, ya sudah Bu dijalani saja. Kalo gitu kita beli yang diperlukan saja. Secukupnya. Kalo sembako mahal mau diapain lagi. Tapi kalo emang gak bisa juga, ya sudah tidak usah dibeli. Kita prihatin dulu aja, tidak masalah kok Bu” jawab Surti.


Tono tersenyum. Kagum atas jawaban istrinya. “Sungguh Bu, jawabanmu itu sangat bagus. Dan memang seharusnya begitu. Karena berapapun besarnya uang yang kita miliki, di tangan kitalah untuk mengaturnya. Cukup dan tidak cukup tergantung pada kita sendiri. Bisa atau tidak mengelolanya. Sebelum kita mengeluh kurang, ada baiknya kita mensyukuri terlebih dulu yang ada. Rezeki itu ‘kan dari yang Maha Kuasa” nasihat Tono.

 

“Tapi Mas, kenapa cuma soal urusan harga sembako saja harus curhat pada orang lain ya? Itu ‘kan hal yang biasa. Apalagi soal cukup dan tidak cukup. Itu kan relatif. Apalagi manusia, mana ada yang merasa cukup sih Mas?” respon Surti mempertanyakan.

 

“Ya Bu. Sebenarnya orang curhat itu boleh-boleh saja. Sangat manusiawi. Apalagi di kala sulit atau bingung. Kalo orang sekarang bilang galau. Curhat bisa dibilang fitrah manusia kok. Kita kan selalu mencari tempat untuk berlindung atau tempat untuk mengungkapkan rasa. Asal tempat curhat-nya saja, harus dipilih. Harus bisa dipercaya” papar Tono.

 

“Terus dengan curhat, maksudnya orang itu bisa lebih lega apa ya? Tapi kan tidak menyelesaikan masalah juga?” tanya Surti lagi.

 

“Ya memang Bu. Mungkin dengan curhat setidaknya dapat mengurangi beban. Bisa berbagi cerita pada orang lain, sedikit terobati. Walaupun sebenarnya tempat ia curhat juga tidak bisa membantu secara nyata. Paling hanya sebatas menjadi pendengar yang baik. Sambil berharap, ada nasihat dan kata-kata yang membuat jiwanya kuat. Cukup manusiawi sih, paling tidak membuat ia tidak merasa sendirian” terang Tono lagi.

 

“Lantas, orang sekarang ‘kan banyak yang curhat. Itu sebenarnya mau apa dengan curhat?” tanya Surti penasaran.

 

“Ya itu tadi. Intinya berbagi cerita saja. Biar dapat masukan, saran. Walau curhat juga gak bikin kesulitan jadi hilang. Makanya, tempat curhat yang paling baik itu Allah SWT. Allah yang Maha Tahu lagi Maha Kuasa. Apalagi di bulan puasa seperti sekarang, harusnya kita perlu melatih untuk berdialog dengan Allah SWT. Curhat kepada Allah lebih intens, lebih dekat lagi. Biarlah Allah saja yang tahu masalah kita. Dan biarlah Allah bekerja untuk membantu kita. Karena Allah adalah sebaik-baiknya tempat kita berserah diri” papar Tono lagi.

 

“Kalo dikembalikan ke Allah, semua orang juga tahu Mas. Nanti dibilang klise lagi?” sanggah Surti.

 

Tono terdiam. Ia gak habis pikir. Kenapa Allah dibilang klise, batin Tono terusik. Appa yang salah dari kata-katanya barusan. Ia mulai berpikir.

“Nah, di situlah sifat manusia mulai berperan Bu. Siapa bilang Allah itu klise. Semua yang kita alami adalah ketetapan Allah. Dia yang menguji kita. Maka kepada-Nya juga kita kembalikan segalanya. Masalahnya, banyak dari kita yang tidak menyadari “hidup” di bumi ini adalah kehendak Allah. Kita lebih senang “merasa” ada yang kurang dari hidup kita. Tapi di saat yang sama, kita juga enggan untuk curhat kepada Allah, sang pemilik kehidupan. Manusia memang sering tidak sabar. Tidak ikhlas dalam hidup. Manusia itu sering lupa” jelas Tono.

 

“Lalu, bila kita curhat ke Allah, apakah akan ada solusi?” tanya Surti.

“Sudah pasti dong Bu. Sebaik-baik tempat curhat itu  Allah SWT, di atas sajadah, di sepertiga malam. Manusia itu harus menggantungkan semua urusan hanya kepada Allah. Bukan yang lain. Dan yakinlah, Allah pasti akan menolong kita. Karena Allah tahu apa yang terbaik bagi hamba-Nya. Kan yang kita kira baik belum tentu baik di mata Allah, begitu juga sebaliknya” komentar Tono.

 

“Jadi, kita boleh gak curhat pada orang lain Mas?”

“Ya tentu boleh-boleh saja. Asal kita sadar bahwa 1) tidak semua masalah bisa dicurhati, 2) pilihlah orang yang tepat untuk curhat, 3) curhatlah di waktu yang tepat karena tidak semua orang mau dicurhati, 4) niatkan curhat itu untuk tujuan yang positif dan konstruktif. Sejauh itu semua kita jaga, silakan saja kalo mau curhat. Tapi sekali lagi, jika pun dilakukan, curhat pada orang lain belum tentu bisa “menghilangkan” masalah. Jadi, memang hanya Allah tempat curhat yang paling baik” ujar Tono.


“Dan satu hal dalam curhat, jangan katakan semua yang diketahui. Tapi ketahuilah semua apa yang dikatakan. Gak semua masalah dalam hidup harus dicurhati. Karena sebuah gelas yang sumbing pinggirnya sekalipun, jika dipandang dari sudut yang lain, maka gelas itu tetap merupakan sebuah lingkaran. Orang curhat itu kadang hanya melihat masalah dari sudut yang sempit" jelas Tono lagi.

Surti mulai menyadari nasihat suaminya. Nasehat yang membekas dalam pikirannya. Tentang curhat dan tidak semua bisa dicurhati. Selalu saja ada pelajaran hidup dari obrolan bersama suaminya. Surti tersenyum bangga, sambil membatin, "Sungguh, tempat curhat yang paling baik itu Allah SWT. Karena Allah adalah sumber ketenangan lahir maupun batin bagi setiap hamba-Nya"......


Wallahu a’lam bishowab...... #PuasanyaSurti

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun