Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Politik Celotehan, Jelek Asal Enak

23 November 2016   19:02 Diperbarui: 23 November 2016   19:06 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pas lewat Pasar Minggu, ada tempat kuliner namanya Makaroni NGEHE. di tempat lain ada Rawon SETAN, ada juga Nasi Goreng IBLIS. Si Kuple mikir, kenapa namanya yang dipilih jelek-jelek ya? "Ohh, mungkin biar laku dan gak masalah nama jelek asal enak" begitu pikir Si Kuple. Mungkin makaroni, rawon dan nasi goreng itu yang menginspirasi orang-orang sekarang. Doyan berkata-kata jelek tentang orang lain, tentang gubernur atau tentang apa saja. Cuma karena ditambah perasaan dan pikiran yang jelek, maka kejelekan itu paripurna melekat pada dirinya. Gak bisa lagi objektif, gak bisa lagi realistis. Maunya buru-buru, maunya pikiran jeleknya diterima semua pihak. Ohhh, kalo begitu ya sah-sah aja sih. Kan otak-otak dia sendiri. Gue sih gak mau ikutan ahh, batin Si Kuple. Cuma kalo boleh milih, maunya yang jelek-jelek apa yang bagus-bagus? Harusnya sih mendingan bicara, komentar yang bagus-bagus aja. Menyehatkan dan menjernihkan. Kalo kata guru Si Kuple, "Biar kamu udah bagus, udah baik aja gak boleh merasa bagus atau baik. Apalagi ngejelek-jelekin orang lain. Emang kamu udah baik?". Si Kuple langsung nunduk saat gurunya ngomong gitu sambil melihat matanya. Si Kuple bingung sendiri. Kok makin lama makin banyak orang yang doyan bicara yang jelek-jelek. Cenderung sarkasme, menghujat, mencaci maki hingga menghasut. Mungkin lagi, mereka sering makan makaroni, rawon dan nasi goreng yang di atas tadi kali ya.... Emang bener kata orang tua dulu. Berkata-kata dan bertindak baik itu lebih sulit daripada berkata-kata atau bertindak buruk. Tapi bukan berarti kita harus menyerah kan untuk berbuat baik. KEBAIKAN itu emang hal yang harus diperjuangkan, oleh siapapun untuk urusan apapun. Kalo kata Si Kuple,jadi orang baik kan gak harus ngalahin malaikat. Tapi kalo mau berbuat buruk juga jangan sampe ngalahin setan.... Baik itu soal komitmen, soal alasan mengapa hidup di sisa umur harus baik. Emang kita mau ngapain lagi? Berjuang yang baik kan bisa di ranah-ranah yang lain... Tanpa perlu menuntut-nuntut harus ini harus itu. Lha wong prosesnya juga udah dijalanin. Kenapa sih maunya buru-buru aja, katanya Belanda masih jauhhh.... Gak usah sarkasme, gak usah menebar yang jelek-jelek. Biar hak, nikmatin dan jalanin sendiri aja. Orang lain kan juga punya hak yang lain. Kan kita udah sepakat, "kalo gak bisa sama jangan larang untuk beda dong". Ngerti gak? Gue aja gak ngerti, udahlah gak usah dipikirin.  Gak ada kok musuh abadi, gak ada juga kok jawan abadi. Semuanya pasti punya kepentingan. Hanya kepentingan... Wajar akhirnya "pakai" cara-cara yang gak baik, cara-cara yang gak terpuji. Si Kuple cuma mikir sejenak. Jangan-jangan kita semua udah terperangkap dalam politik adu domba, politik kepentingan yang merusak. Gak tau buat siapa, dari siapa, untuk siapa? Si Kuple cuma pengen merenung sendiri. Sambil membiarkan di luar sana tetap rame, tetap gaduh. Lalu bilang dalam hati, "Semoga KEJELEKAN orang lain membuat kita belajar arti MENAHAN DIRI. Dan KEBAIKAN kita mampu menjadikan tetap RENDAH HATI".... Ciamikk kata Si Kuple.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun