Kamu dukung siapa?
Itu pertanyaan paling menakutkan. Menyeramkan. Dijawab salah, gak dijawab salah, begitu kata teman saya. Hari ini, sekarang ini. Inilah era yang paling menegangkan …
Gara-gara Pilkada DKI. Kamu dukung siapa?
Menyeramkan. Media sosial, sontak memasuki era panas. Eranya rivalitas para pendukung. Rivalitas antar kelomok, antar komunitas. Mereka saling berani, mencaci maki, menghujat satu sama lainnya. Melontarkan pernyataan buruk lagi negatif bahkan mengobarkan kebencian.
Gara-gara Pilkada DKI. Kamu dukung siapa?
Berapa banyak dari mereka yang terpaksa mem-blokir teman di FB, unfriend saja. Berapa banyak mereka yang keluar dari grup WA. Berapa banyak teman berubah menjadi lawan. Bahkan saat berpapasan di jalan pun, jika perlu tidak teguuran. Gara-gara pilkada DKI, gara-gara berbeda pilihan, beda idola pemimppin.
Gara-gara Pilkada DKI. Kamu dukung siapa?
Inilah masa yang paling mengerikan. Semua “dipaksa” untuk harus mendukung atau membenci. Dipaksa untuk berpihak pada pertikaian. Inilah era, DIPAKSA UNTUK BERPIHAK. Melalui celotehan, komentar di media sosial. Bilangnya tidak memaksa, tapi jelas berpihak. Jika ABSTAIN, tidak mendukung dan tidak membenci, maka BERSIAPLAH untuk dicaci-maki, di-cap macam-macam. Baik oleh para pendukung atau pembenci. ANDA DIPAKSA IKUT MEREKA. Begitu ditanya, pasti mereka menjawab sama sekali tidak memaksa atas nama demokrasi.
Kamu dukung siapa?
Lagi-lagi, itu pertanyaan yang paling menakutkan. Pertanyaan yang menghendaki “jawaban keberpihakan”. Jika jawaban BERBEDA, bersiaplah untuk berperang argumentasi, berperang dalil, berperang untuk menuding ini, menuding itu.
Gara-gara Pilkada DKI. Kamu dukung siapa?