Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pengen Jadi Orang yang Ora Kondang

5 Maret 2017   11:57 Diperbarui: 5 Maret 2017   12:17 374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi

Ora Kondang itu gak terkenal. Alias gak ngetop, gak popular.

Zaman sekarang, banyak orang pengen jadi orang terkenal. Jadi orang kondang, jadi tenar. Bisa jadi kalo ditanya, hanya sedikit saja orang yang gak mau terkenal. Jadi orang yang ora kondang, sungguh gak banyak.

Semua orang pengen terkenal, pastinya. Terkenal, popular alias kondang dengan caranya masing-masing. Gak masalah, itu boleh-boleh saja. Asal jangan ngoyo pengen terkenal. Asal jangan ngotot nguber ketenaran. Ora usah terus-terusan pengen kondang. Ora usah pengen kondang kayak pengen pilkada seumur hidup, kayak pengen Raja Salman datang terus ke Indonesia hehe

Lha terus, kalo udah terkenal mau ngapain? Yen sampeyan wis kondang pengen opo?

Emang kalo udah terkenal pengen disanjung. Apa pengen dipuji. Atau senang kalo diagul-agulin. Bisa begini bisa begitu… wis bablas kondang, wis hebat terkenalnya.

Banyak orang suka lupa. Terkenal atau popularitas itu bukan harga. Bukan pula komoditas. Terkenal atau tidak, kondang atau tidak itu konsekuensi. Risiko dari apa yang sudah kita perbuat. Bahasa kerennya “track record”. Orang lain bilang apa tentang kita, itulah kondang yang sesungguhnya.

Tapi perlu tahu, terkenal atau kondang itu bukan kebanggaan. Dia itu proses baik yang memberi hasil luar biasa. Jika begitu, sangat pantas untuk dihargai dan dihormati. Sementara banyak orang ingin terkenal, ingin kondang karena ingin dipuji. Welah dalahh…

Jadi orang terkenal, tentu sangat boleh. Jadi orang kondang pasti boleh.

Jadi aktivis yang ngetop. Jadi pejabat atau politikus yang dipuji banyak orang. Jadi bos atau petinggi di manapun. Jadi pembicara di banyak seminar, ngomong di mimbar-mimbar. Bahkan jadi pemimpin massa, pemimpin umat. Atau jadi pemimpin di rumah. Asal semua itu gak bikin kita jadi jumawa, jadi sombong atau merasa berkuasa.

Karena berapa banyak orang terkenal, orang kondang justru “merasa kesepian” saat pulang ke rumah. Orang-orang hebat yang “menangis” di kala sendirian. Mereka gagal untuk menjadi “orang biasa”. Terlalu merasa terkenal, terlalu merasa kondang. Ironis tho ….

Jadilah ora kondang, jadilah orang gak terkenal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun