Menulis itu ibarat NGOPI.
Pelan-pelan saja minumnya, dinikmati biar gak berasa panasnya. Pelan-pelan saja nulisnya, dirasakan biar enak merangkai kata-katanya.
NGOPI, tuntaskan saja satu cangkir dulu. Gak usah pengen dua cangkir.
Karena secangkir kopi itu “menggenapkan”. Tapi terburu-buru dua cangkir bisa “melenyapkan”.
KOPI itu DIAM, mau manis mau pahit. Menulis pun DIAM. Biar kita bisa lebih banyak mendengar –suara-suara,. Suara hati, suara akal. Karena DIAM itu memudahkan berkata-kata …
Tapi, kenapa ada yang bilang menulis itu susah? Ya kalo susah, itu urusan elo bukan urusan gue kan..
Ada yang bilang juga menulis itu gak segampang yang elo pikir. Ya udah elo pikirin aja, ngapain juga gue yang pikirin.
Elo itu kebanyakan nanya, kebanyakan mikir? Wajar kalo ngopi gak, nulis juga gak.
Katanya elo punya pengalaman, punya perasaan, punya pengetahuan, punya semua-semua. Lha, kenapa gak ditulis? Semua bisa kok ditulis, asal mau aja.
Sederhana kok, menulis itu ibarat ngopi.
Ngopi. Kadang takarannya gak melulu pas. Kalo mood-nya lagi bagus, rasa manisnya lebih terasa. Tapi kalo lagi mandek, rasa pahitnya pun jadi dominan. Maka menulis, gak usah elo hindari, gak usah membenci yang elo gak suka. Gak usah musuhin menulis. Nikmati saja saat-saat indah untuk menulis, hingga suatu saat elo terbiasa.