Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menulis Ilmiah adalah Kompetensi

4 September 2016   21:57 Diperbarui: 4 September 2016   22:15 1353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menulis ilmiah. Apa itu menulis ilmiah?

Banyak orang memahami Menulis Ilmiah sebagai mata kuliah atau bahan pembelajaran semata. Kita sering lupa Menulis Ilmiah itu berasal dari “menulis” yang berarti perbuatan atau perilaku menuangkan ide/gagasan secara tertulis. Sedangkan “ilmiah” berarti bersifat ilmu; memenuhi kaidah ilmu pengetahuan. Sangat jelas bahwa Menulis Ilmiah merupakan perilaku dalam menuangkan ide/gagasan secara tertulis yang memenuhi kaidah ilmu pengetahuan. Maka wajar “menulis ilmiah” antonimnya adalah “menulis nonilmiah”.

Menulis Ilmiah dalam realisasinya bukan mata kuliah atau pelajaran. Tapi perbuatan nyata dalam menuangkan ide/gagasan ilmiah secara tertulis. Menulis Ilmiah adalah kompetensi.

Mengapa Menulis Ilmiah sebagai kompetensi?

Karena banyak orang belajar Menulis Ilmiah tapi pada akhirnya tetap tidak bisa menulis ilmiah. Karena banyak guru atau dosen Menulis Ilmiah yang hanya mengajarkan materi tapi tidak memberi contoh nyata untuk menulis ilmiah. Menulis Ilmiah menjadi gagal ketika para pembelajar tidak mampu menulis ilmiah, ketika pengajar tidak mau dan tidak mampu menjadi contoh dalam menulis ilmiah. Menulis Ilmiah hanya sebatas dipelajari, tetapi tidak dilakukan. Jangan menjadi terbiasa menulis ilmiah, melatiih untuk menulis ilmiah saja tidak dilakukan. Sekali lagi, menulis ilmiah adalah kompetensi.

Mengapa Menulis Ilmiah?

Karena minat dan jumlah tulisan ilmiah di Indonesia masih sangat rendah. Data dari Scientific American Survey (1994) menunjukkan bahwa kontribusi tahunan Scientist dan ScholarsIndonesia pada pengetahuan (knowledge), sains, dan teknologi hanya 0,012 persen. Jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan Singapura 0,179 persen. Apalagi dibandingkan kontribusi ilmuwan di AS yang mencapai 20 persen. Data lain, di Indonesia hanya ada 0,8 artikel per satu juta penduduk, sedangkan di India mencapai 12 artikel per satu juta penduduk. Dalam hal Menulis Ilmiah, Indonesia berada di posisi terendah dibandingkan negara-negara ASEAN seperti Malaysia, Singapura, atau Thailand.

Itulah landasan mengapa penting belajar Menulis Ilmiah lalu punya perilaku atau kebiasaan untuk menulis secara ilmiah. Sekali lagi, Menulis Ilmiah adalah kompetensi.

Mengapa perilaku menulis ilmiah di Indonesia rendah? Mengapa tidak banyak tulisan ilmiah di Indonesia?

Ada berbagai kemungkinan jawabnya. Bisa karena orang pintar, guru, dosen tidak punya minat atau tidak bisa menulis ilmiah, baik dalam bentuk artikel atau buku. Bisa juga karena rendahnya minat baca masyarakat sehingga tidak ada bahan atau rujukan untuk bisa ditulis. Rendahnya perilaku menulis ilmiah bisa disebabkan oleh banyak faktor, di antaranya tidak cinta menulis, tidak punya waktu dan menulis tidak ada uangnya. Wajar jikia guru atau dosen hanya senang menghabiskan waktu untuk mengajar. Tidak punya waktu untuk menulis. Buat mereka, menulis dianggap belum menjadi sumber pendapatan tambahan. Inilah tantangan terberat dalam Menulis Ilmiah.

Lalu, apa solusi dalam belajar Menulis Ilmiah?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun