Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Asesor Kompetensi Dana Pensiun - Mantan Wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku diantaranya JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hidupmu; Ada Jalan Gelap Ada Jalan Terang

2 September 2016   00:13 Diperbarui: 2 September 2016   00:59 3568
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di mana ada cahaya, maka di situ pasti ada kegelapan. Begitu pula sebaliknya, di mana ada kegelapan maka di situ ada cahaya.

Begitulah hidup manusia. Lika-liku kehidupan, kata banyak orang. Maka wajar. Gak ada orang yang bisa mengulang atas semua cerita yang telah dilewati. Gak ada pula orag yang bisa membantah atas semua takdir yang telah dilalui.

Pilihannya, apakah tetap melaluinya dengan rasa syukur atau terus mengutuk diri akan nikmat yang terlewati. Manusia hanya ikhtiar. Selebihnya, ada ruang yang harus disadari. Bahwa ujung dari ikhtiar manusia gak ada yang bisa mengetahui. Karena itu, adalah ruang kehendak Allah.

Ada jalan terang, ada jalan gelap.

Sungguh, ajaran yang sederhana. Ada saat terang ada saat gelap dalam hidup. Terang dan gelap pun bisa berdekatan dalam satuan waktu. Ada jalan gelap, ada jalan terang. Maka berhati-hatilah, agar tidak terlempar dalam kegelapan. Atau terbelenggu dalam cahaya terang yang berlebihan.

Suatu kali, kita akan bilang: gelap adalah takdir dan cahaya terang adalah tuntunan.
 Karena gak ada yang bisa menolak datangnya malam nan gelap. Gak ada juga yang mencegah ketika mati lampu tiba. Lalu kita bersegera mencari lilin, mencari sesuatu yang bisa membuat terang. Ketika di ruang gelap pun, kita berusaha untuk menerangi kegelapan.

Tapi ketika terang, berapa banyak dari kita yang lupa bersyukur. Bahkan tidak sedikit dari kita yang mencaci maki matahari karena terlalu panas memberi sinarnya.

Sungguh, ada saat gelap ada saat terang.

Banyak orang mengutuk kegelapan. Karena gelap baginya adalah kedukaan, kehampaan, kekosongan. kemiskinan, ketidakmampuan.

Tapi banyak orang lupa bersyukur di kala terang, ketika cahaya bersinar. Terangnya cahaya sebagai tanda kenikmatan, kesukaan, kelimpahan, kekayaan, kemampuan. Tidak banyak yang mau berbagi terangnya kepada orang lain.

Ada jalan gelap ada jalan terang. Itu hanya simbol.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun