Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hidup di Jakarta, Gak Boleh Cengeng

14 Oktober 2016   22:01 Diperbarui: 14 Oktober 2016   22:04 471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Malam ini, Si Kuple ngobrol dengan seorang anak muda. Anak muda yang gagah, lagi pintar.

“Maaf, Bapak sudah berapa lama tinggal di Jakarta?” tanya anak muda.

“Ohhh, maaf Dek. Saya lahir di Jakarta, sekarang umur saya 46 tahun. Berarti selama itulah saya tinggal di Jakarta” jawab Si Kuple santai aja.

“Woww, sudah lama banget dong Pak. Saya justru baru 2 tahun saja. Karena sedang kuliah. Kalo boleh tahu, gimana sih Pak resep biar bisa hidup di Jakarta” tanya si anak muda ingin tahu.

“Wahh, kalo minta resep itu, saya gak punya jawabnya anak muda. Tapi sepanjang hidup yang saya jalani di sini. Ada satu hal yang saya lakukan, saya GAK BOLEH CENGENG. Itu saja.

“Lho, kenapa gak boleh cengeng Pak?” tanya si anak muda penasaran.

Si Kuple diam sejenak. Sambil mikir, mencari jawaban yang pas buat si anak muda.

Begini anak muda, Jakarta itu kota keras. Kota yang semua serba ada. Jutaan manusia tiap hari cari makan, cari nafkah atau apalah namanya di kota. Dari orang pintar sampai orang goblok ada di sini. Dari orang beradab sampe yang gak beradab juga ada. Jangankan agama, suku, pendidikan, bahkan status sosial oorang-orang di sini beda-beda. Model hidup yang putih, abu-abu, sampe yang hitam ada semua di sini. Maka kita harus hati-hati, harus pinter bawa diri. Dan yang terpenting buat saya adalah GAK BOLEH CENGENG.

GAK BOLEH CENGENG.

Karena di kota ini. Banyak godaan, banyak orang kaya. Bahkan banyak orang pintar, yang kalo ngomong semaunya mereka. Sekali kita cengeng, kita akan tergilas oleh mereka. Di kota ini, jangankan cari Surga dunia, cari Neraka dunia pun gampang.

GAK BOLEH CENGENG.

Gak semua perbedaan bisa kamu keluhkan. Gak semua yang gak sesuai harapan bisa kamu caci-maki. Gak semua yang kamu pikir baik itu cocok buat orang lain lain. Gak semua keadaan bisa kamu ratapi.

Jadi anak muda, hati-hatilah hidup di Jakarta. Gak Boleh Cengeng.

Karena di kota yang ganas ini, orang salah bisa dianggap benar. Orang benar bisa di-bully dan dianggap salah. Semua orang di sini sangat paham tentang arti perbedaan. Tapi di saat yang lain, gak sedikit dari mereka yang memaksa orang lain harus sama. Hanya di kota ini, pagi bisa jadi teman. Tapi sore bisa jadi musuh. Orang-orang di sini dalam sehari bisa jadi ahli politik. Dalam sehari bisa jadi ahli agama. Saling adu dalil, adu kitab kebaikan. Karena mereka orang-orang pinter semua.

Hebatnya lagi anak muda. Di kota ini kamu gak boleh salah.Biarpun kamu manusia, tapi kalo bisa jangan salah. Karena bisa di-bully, dicaci maki oleh mereka  Biarpun kamu sudah minta maaf, kamu tetap objek yang pantas dihujat, dicari-cari kesalahan kamu sampe urat nadi. Jika perlu, kenapa kamu dilahirkan ke dunia juga bisa dianggap sebuah kesalahan. Jadi hati-hatilah, dan jika itu terjadi Gak Boleh Cengeng. Sekali lagi, kamu Gak Boleh Cengeng hidup di Jakarta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun