Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hari Kesadaran (Kebangkitan) Nasional; Esok Lebih Penting dari Kemarin

20 Mei 2016   11:48 Diperbarui: 20 Mei 2016   11:53 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tiap tanggal 20 Mei selalu diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Buat saya mungkin kata "kebangkitan" hari ini sudah kurang pas. Sekarang ini, spirit kebangkitan nasional sudah tidak pas. Karena "Bangkit" itu bermakna “bangun lalu berdiri”. Bangkit dari apa? Bangkit untuk apa? Apakah kita belum "berdiri" sebagai bangsa?

[caption caption="#SadarNASIONAL"][/caption]Dulu, makna kebangkitan nasional terkait perihal bangkitnya seluruh rakyat Indonesia sebagai satu kesatuan bangsa melawan dan mengusir penjajah melalui berbagai cara. Jadi, makna kebangkitan secara harfiah sudah tidak relevan lagi. 

Lalu, kebangkitan mau diganti apa?
Kalo boleh saran, akan lebih baik bila "kebangkitan nasional" diganti menjadi “kesadaran nasional”. Jadi, 20 Mei diperingati sebagai "Hari Kesadaran Nasional".

 

Kesadaran Nasional mungkin lebih pas. Mengingat banyak orang Indonesia hari ini yang "kurang sadar", "belum sadar" atau "kelebihan sadar" dalam hal apapun, urusan apapun. Walau banyak juga yang sudah "cukup sadar" tentang dirinya, tentang sekitarnya.

SADAR NASIONAL. Agar setiap kita menyadari apa yang telah dilakukan dan bagaimana ke depannya? Kata “sadar” iti bermakna insaf; merasa; tahu dan mengerti (kata sifat) atau ingat kembali (kata kerja). Jadi, hari kesadaran nasional dapat menjadi momentum bagi bangsa Indonesia dan rakyatnya untuk menyadari, menginsafi, atau memahami keadaan yang sesungguhnya. S-A-D-A-R.
Mengapa hari kesadaran nasional? Karena sebagai bangsa, saat ini kita tengah dirundung berbagai urusan yang sedikit banyak dapat mencederai jati diri bangsa Indonesia. Kesadaran nasional berangkat dari keprihatinan kita terhadap masalah dan fenomena yang terjadi di Indonesia. Sebut saja, soal korupsi yang tak kunjung menyurut, maraknya kejahatan seksual,  elite politik yang mempertontonkan nafsu, hingga caci-maki yang menebar hawa negatif. Belum lagi soal gaya hidup yang makin kebablasan, makin banyaknya orang galau terpublikasi dan sebagainya. Belum lagi masalah-masalah sosial yang makin menggerus keprihatinan kita bersama. 

SADAR NASIONAL. Seberapa kita sadar hari ini akan masalah ideologi yang terusik, politik yang serakah, ekonomi yang tak berpihak, sosial yang terpecah-belah, budaya yang terancam, pendidikan yang dikebiri, hukum yang tidak adil, lingkungan yang terkontaminasi, alam yang tergerus, hingga jiwa-jiwa manusia yang semakin sepi ? SADAR. Sungguh kita butuh kesadaran nasional.

Kesadaran nasional pantas menjadi isu penting bagi bangsa Indonesia hari ini. Dengan kesadaran nasional, kita diingatkan untuk melakukan refleksi diri terhadap perilaku, aturan, dan kebijakan masa lalu yang barangkali salah. Kesadaran nasional penting meredam nafsu pribadi, emosi, kepentingan pribadi atau kelompok yang hampir tidak mengenal batas lagi. 

Kita sadar, maka kita merasa dan menyadarinya, menginsafi, dan mau mengerti keadaan diri, orang lain, dan bangsa Indonesia. Sadar terhadap keadaan yang sebenarnya, objektif, dan berpihak pada realitas kehidupan.

 

Sungguh, hari ini, kita membutuhkan kesadaran yang tinggi dalam memahami realitas dan menentukan cara bertindak, bersikap terhadap realitas. Kita butuh kesadaran dalam diri, kesadaran terhadap sesama, terhadap masa silam, dan kesadaran masa depan.

Tanpa kesadaran nasional, suatu saat nanti, orang Indonesia akan berada pada titik kesendiriannya, menikmati keterpisahannya, dan akhirnya bangga akan kelemahannya. Kesadaran bukanlah keadaan yang pasif melainkan suatu proses aktif untuk mengerti keadaan hari ini untuk keadaan esok yang lebih baik. Kesadaran nasional pada akhirnya akan mengarahkan kita untuk menjalani kehidupan dengan mantap dalam koridor yang benar. Kesadaran pula menjadi ekspresi keberanian untuk berubah pada saat melakukan kesalahan. Kesadaran nasional itulah yang diperlukan bangsa Indonesia hari ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun