Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Asesor LSP Dana Pensiun Lisensi BNSP - Edukator Dana Pensiun - Mantan Wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku diantaranya JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Filosofi Singkong; Alami Tanpa Rekayasa

12 November 2016   17:43 Diperbarui: 4 April 2017   17:16 1216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Singkong itu lambang kesederhanaan, nrimo ing pandum. Kalo bahasa agamanya qona’ah, apa adanya" batin Si Kuple sore ini. Orang yang doyan nakan singkong, harusnya jauh dari sikap konsumerisme. Mboten gelem gagah-gagahan. Singkong (manihot utilissima) itu tanamannya kaum alit. Mudah tumbuh di mana saja, semua bagian pohonnya pun berguna. Bahkan bisa jadi panganan kaum miskin. Sifatnya alami, tanpa rekayasa. Manusia, siapapun, sangat boleh belajar pada singkong. Gak perlu gengsi cuma karena sepiring singkong. Kalo sekarang banyak orang yang sombong, maunya menyalahkan orang lain. Merasa benar sendiri, nyinyir tiada akhir. Bisa jadi, dia sudah lama gak makan singkong. Lho kok bisa, ngapain makan singkong?Lupa ya, kalo singkong itu ajaran tentang kesederhanaan. Singkong itu bisa eksis di mana saja. Tapi tetap rendah hati, tetap tak mau menampakkan buahnya. Singkong tetap tumbuh di kala panas atau hujan. Tetap tegar dan menebar manfaat. Singkong, sungguh mengajarkan hidup yang lebih acceptable di segala ruang dan waktu. Tanpa gengsi, tanpa frustasi. Bahkan tanpa caci maki. Singkong, kata Si Kuple, menjadi bukti hidup yang harus tetap alami, apa adanya. Tanpa intrik, tanpa perlu merasa lebih baik dari orang lain. Karena singkong, mampu menjadikan hidup lebih berarti. Salam singkong, ciamikk.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun