Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Asesor Kompetensi Dana Pensiun - Mantan Wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku diantaranya JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bahasa Indonesia di Dunia Maya; Ancaman atau Peluang?

21 Desember 2012   08:34 Diperbarui: 26 Januari 2019   23:18 22092
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bahasa Indonesia di dunia maya itu sebenarnya ancaman atau peluang? 

Makin banyak pengguna media sosial yang bergentayangan di dunia maya semakin meramaikan khasanah bahasa Indonesia. Tentu saja, segala rupa bahasa, dari mulai yang level sembrono hingga penuh kesantunan. Mulai dari bahasa yang lembut hingga yang sarkasme, dari bahasa yang lugas hingga ambigu, bahkan dari bahasa kesenangan hingga kebencian. Bahasa dunia maya makin menjadi-jadi. Apalagi ditambah warna bahasanya kaum alay, yang kadang agak lebay.


Aluww c3M3ntz cEmMeNtzz, mEtzz c1aNkz?? bUol3Hh kEn4Lanzt guGs? K4lEantdz t4uw gUgs cI3hh hRi N3cCh tUch 4ckUhH G4lwW bU4ngEttzz ... Bahasa alay, bahasa pada jejaring sosial pun semakin berlimpah. 

Tidak ada yang dapat menyangkal, bahasa memiliki peran yang sangat penting. Bahasa menjadi alat yang paling efektif dalam setiap aktivitas komunikasi.Setiap manusia memerlukan bahasa agar dapat menyampaikan apa yang ada dalam pikirannyaDalam pemakaiannyabahasa menjadi sangat beragam. Keragaman bahasa sangat bergantung pada kebutuhan dan tujuan komunikasi. Bahasa, baik lisan maupun tulisan adalah ekspresi atas apa yang dirasakan, dialami pemakainya.

Seiring majunya peradaban manusia, termasuk di Indonesia, banyak cara yang dipilih pemakai bahasa dalam berkomunikasi. Bahkan pilihan cara komunikasi tidak hanya makin beragam tapi juga semakin canggih. Salah satu fenomena komunikasi yang paling pesat saat ini adalah penggunaan bahasa yang didukung oleh perangkat teknologi mutakhir, khususnya bahasa yang digunakan pada dunia maya dan jejaring sosial, seperti internet, facebook, twitter, whatsapp, chatting, email, sms, dan sebagainya.

Penggunaan bahasa di dunia maya dan jejaring sosial inilah yang patut mendapat perhatian para praktisi dan pemerhati bahasa. Apalagi di tengah kemunculan fenomena “bahasa alay” yang makin merasuk di kalangan remaja. Dukungan kecanggihan teknologi telah menjadikan bahasa dalam segala bentuknya mengalami kemajuan varian yang sangat pesat. Bagaimana tidak? Fakta bahwa pengguna internet di Indonesia hingga tahun 2018 ini telah mencapai 140 juta orang atau naik 300% dalam 5 tahun terakhir. Bahkan  60 juta orang diantaranya, meng-akses internet secara mobile. Hal ini menjadi tanda tingkat produktivitas pemakaian bahasa yang luar biasa. Di sisi lain, data Kominfo April 2012 menyebutkan jumlah pengguna jejaring sosial di Indonesia juga sangat besar. Setidaknya tercatat sebanyak 44,6 juta pengguna Facebook dan di tahun 2016 lalu sudah mencapai 80 juta orang. Belum lagi para pengguna media sosial lainnya, pasti terus bertambah pesat dari waktu ke waktu. Kondisi ini bertolak belakang dengan realitas adanya 15 bahasa daerah yang sudah punah dan 139 bahasa daerah yang terancam punah dari sekitar 726 bahasa daerah yang ada di Indonesia.

Perkembangan teknologi begitu cepat dan dahsyat, manusia selalu mencari cara berkomunikasi yang cepat, murah dan praktis. Hanya dalam hitungan detik, kita dapat terhubung ke seluruh penjuru dunia tanpa batas ruang dan waktu. Inilah yang dinamakan dunia maya. Kita dapat dengan mudah beranjang sana kapanpun, dimanapun dan kepada siapapun asalkan memiliki dukungan teknologi yang dibutuhkan dan terkoneksi ke berbagai penjuru dunia tersebut. Jika saja teknologi mampu “bergerak cepat”, bagaimana bahasa mengantisipasinya?

Berlatar pada kondisi itulah, kita perlu berdiskusi dan menentukan sikap terhadap fenomena bahasa pada dunia maya dan jejaring sosial yang semakin mengglobal. Bagaimana kita memandang bahasa pada dunia maya dan jejaring sosial; ancaman atau peluang?

          Bahasa Indonesia adalah salah satu aset penting bangsa Indonesia.Kenapa? Karena Bahasa Indonesia merupakan satu-satunya bahasa resmi yang membantu berbagai suku di Indonesia untuk berkomunikasi secara baik (Mustakim, 1994 : 2). Namun Bahasa Indonesiahari ini menghadapi tantangan yang berat seiring intervensidan realitas penggunaan bahasa pada dunia maya atau jejaring sosial yang bertolak belakang dengan prinsip penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Apalagi bahasa pada dunia maya atau jejaring sosial semakin mendapat tempat di kalangan anak muda. Sebut saja, fenomena “bahasa alay” yangbenar-benar sudah menjadi bahasa favoritmereka daripada Bahasa Indonesia itu sendiri.Hal ini terjadi karenaanak muda sekarangmembutuhkanpengakuanakan eksistensi mereka. Mereka hampir tidak punya ruang untuk mewujudkan eksistensi mereka.Jadi,anak muda yangtidakmemakai bahasa alay maka tidak disebut anak gaul, dan status sosial seseoranglah yang paling mempengaruhi penggunaan bahasa itu sendiri (Meyerhofff, 2006:108).

Mari kita simak salah satu contoh “bahasa alay”dalamstatus Facebookseorang anak muda:

·haii, namaq aiiu (Ayu), quwtinggal dii dkeeet mumphunk (mampang) quw niie tmenndna kakag kaoo sii mhilaa, lam knall ya, oiyawh, aq single lowh. kaloo kmuu minadd maoo xmxx aq, xmx quuw jaa dii 0816xxxxxx, quwwtunggu yaachh !! aiiu-chann. XoXoo !

·beiibbhskuw chayaanx!kuuw chaiang kalii ma kmuuwh, cnenxz beuudh niiy arii bsaa ktmuuw kmuwhh!!!!cmogaaa qtaa bsaaslamanaaablsamaaa…..nathaacwamiikuwww-loubhechaaaduuds..20072009tilltheendophtaimm..lophelophe phorepherr.


Sungguh tidak mudah untuk memahami bahasa di atas. Namun apabila dikaji, tampak sudah ada kesepahaman dalam penggunaan kombinasi huruf dan angka untuk merujuk pada kata tertentu yang dimaksudkan. Tentu, kesepahaman ini tidak membutuhkan “Kongres Bahasa Alay” tetapi cukup dengan saling belajar dan meniru melalui sms dan media sosial lainnya.

Kita juga patut bersyukur generasi alay ini belum muncul saat perumusan Sumpah Pemuda tahun 1928. Bayangkan, jika generasi alay diberi mandat membuat teks Sumpah Pemuda maka kalimat-kalimat yang dihasilkan seperti berikut ini:

Smph PMd4K54tu:kaM1p03tR4d4n p03tr11ndn35i4m3n64qubrt0mP4H d4Rh j4N6 54t03, t4n4h A1r 1ndn35i4Kdw4:kaM1p03tR4 d4n p03tr1 1ndon35i4m3n64qubrBngs4j4ng54t03 B4n6541ndn35i4KTi64:kaM1p03tR4 d4n p03tr1 1ndon35i4 m3n64qu m3njUnj0En6 b4h454 pr54tU4nb4h45a1ndon35i4


Hal yang menarik dari fenomena “bahasa alay” adalahsalah satu lembaga survey besar diIndonesia menyatakan bahwa penggunaan "bahasa alay" dalam marketing produk, membuat para remaja tertantang untuk membacanya dan 83% dari mereka akhirnya tertarik dan memutuskan untuk membelinya! Promosi memakai bahasa alay = kenaikan penjualan, sungguh dampak yang luar biasa!Ciyusss?Enelan .....Miapah, begitulah kata-kata bahasa dunia maya dan jejaring sosial yangsedang menjadi tren saat ini.Ada yang benar-benar benci dengan bahasa tersebut, ada yang apatis, ada yang senang-senang saja.


1.Bahasa dunia maya dan jejaring sosial

Satu hal yang pasti dalambahasa dunia maya dan jejaring sosial adalah adanyaperalihan dari komunikasi lisan menjadi komunikasi tulisan.Hal ini terjadi karenadilakukan melalui internet.Cara berkomunikasi ini yangmendorongterjadinyaeksplorasiuntukmemperkaya bahasa tulisyang dipakai, termasuk penggunaanemotikonsebagai simbolekspresi tertentu.Dari segi sifatnya, bahasa dunia maya biasanya terjadi pada pemakai bahasa yangsudah saling kenal, meskipunberada di ruang publik. Penggunaan singkatan-singkatan yang umum,seperti km dan u untuk ’kamu’ atau ’Anda’; thx atau tks untuk ’terima kasih’; gpp untuk ’tidak apa-apa’; ce untuk ’cewek’; co untuk ’cowok’,menjadi contoh adanya konsensus atau kedekatan emosional di antara pemakainya.

Bahasa dunia maya dan jejaring sosial telah menjadi realitas. Dalam konteks berbahasa, kita hanya perlu mencermati beberapa ciri bahasa pada dunia maya dan jejaring sosial, antara lain:

1.Adanya sisipan istilah atau kosakata bahasa Inggrisyangdigunakan dalam konstruksi kalimat bahasa Indonesia, seperti:install, blogging, googling, dan sebagainya).

2.Adanyasingkatanpadasebagian besar konstruksi kalimat yang digunakan, seperti: met pagi, pa kbr?

3.Kalimat yang digunakan relatif lebih singkat dan cenderung tidak lengkap.

4.Dihiasi dengan beragam bentuk emotikonsebagai simbolekspresi wajah,di samping untukmenghadirkan nuansa emosi dalam komunikasi tulisan.

5.Disisipi dengan kosakata khas penyedia layanan tertentu di internet, seperti facebook, Google, Yahoo!, friendster, Wikipedia, dan lain-lain.

6.Tulisanmencampuradukan huruf besar,huruf kecil,angka,danemotikon.

7.Tulisan sering ditambahkanhuruf yangtidakperlu dan tidakpenting.

8.Tidak ada pola bakuyangditerapkan dalam penulisan bahasadunia maya dan jejaring sosial.

Berdasarkan ciri-ciri tersebut, bahasa dunia maya dan jejaring sosial dalam bentukkosakata, ejaan, atau singkatan pada dasarnya dapat dengan mudah dikreasikan oleh siapapun.Bahasa “gaya maya dan alay”telah menjadi bahasa pemersatu pergaulankalangan anak muda danremaja saat ini.Karena sifatnya yang santai, bahasa dunia maya dan jejarimg sosial perlu dikawal agar tidak merambah ke aktivitas komunikasi dan berbahasa yang bersifat formal. Inilah sikap penting yang harus dijunjung setiap pemakai bahasa.


2.Bahasa dunia maya; ancaman atau peluang?

Ada yang menerima, ada yang menolak penggunaan bahasa dunia maya dan jejaring sosial. Sebagian kalangan tetap “ngotot” pentingnya penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Namun, ada juga yang menganggap Bahasa Indonesia terlalu kaku dan terlalu banyak aturan. Di sisi lain, fakta membuktikanpembelajaran bahasa Indonesia di sekolah hasilnyatidakcukup menggembirakan.Pada UN 2011 lalu,pelajaranBahasa Indonesia memiliki nilai rata-rata lebih rendah jika dibandingkan dengan mata pelajaran lain, bahkan dengan pelajaranBahasaInggris.Bahasa Indonesia yang baik dan benar masih menjadi bahasa yang sulit untuk digunakan baik dalam bentuklisan maupuntulisan.

Jika demikan, salahkahkemunculan bahasa pada dunia maya dan jejaring sosial? Tidak ada yang salah.Peradaban manusia, budaya, dan lingkungan/demografisadalah faktor-faktor yang mempengaruhi pola berbahasa seseorang (Meyerhoff, 2006:108).Sikap bangsa Indonesia terhadap Bahasa Indonesia cenderung ambivalen, sehingga terjadi dilematis. Artinya, di satu pihak kita menginginkan Bahasa Indonesia menjadi bahasa modern, dan dapat mengikuti perkembangan zaman sertamenginginkan pemakaian yang baik dan benar, tetapi di pihak lain,kita telah melunturkan identitas dan citrabahasa sendiridengan lebih banyak mengapresiasi bahasa asing sebagai lambang kemodernan (Warsiman, 2006:42-43). Atas dasar itu, tidak heran jikakalangan muda danremaja masa kini lebih cenderung menggunakanvarianbahasabaru/asing sebagai bagian daridinamika peradaban manusia.

Satu hal yang harus tetap disepakati adalahpenggunaan Bahasa Indonesia yang bercampur kode dengan bahasa gaul, dunia maya, alay, slang, ataupun bahasa daerah selagi tidak dipakai dalam situasi formal tidaklah perlu dirisaukan. Namun, yang menjadi kerisauan kalau ragam formal bahasa Indonesia (baku) itu digunakan tidak sebagaimana mestinya (Nababan, 1993).

Jadi, bahasa dunia maya dan jejaring sosial akan menjadi ancaman apabila penggunaannya yang marak mulai merambah pada aktivitas berbahasa formal, baik lisan maupun tulisan. Selain itu, kita juga harus mencermati pergerakan bahasa pada dunia maya dan jejaring sosial pada akhirnya memiliki “nilai ekonomi” yang semakin tinggi atau tidak? Karena bahasa yang memiliki “nilai ekonomi tinggi” biasanya langgeng dan tidak bersifat sesaat sehingga mampu menggeser keberadaan bahasa utama atau formal. 

Di sisi lain, fenomena bahasa pada dunia maya dan jejaring sosial dapat memberi peluang kepada Bahasa Indonesia untuk semakin menegaskan posisinya sebagai bahasa nasional dan bahasa persatuan. Setiap pemakai Bahasa Indonesia menjadi “hati-hati” terhadap perkembangan varian bahasa yang berkembang di masyarakat. Kita menjadi semakin “peduli” terhadap Bahasa Indonesia yang baik dan benar setelah munculnya fenomena bahasa dunia maya dan jejaring sosial.

Secara jujur, inilah momentum bagi pemakai Bahasa Indonesiauntukmenerapkan polatutur yang baik dan benar secara lisan maupun tulisan.Kita harus bersikapbanggaterhadap Bahasa Indonesia dan selalu menjunjung tinggi kaidah pemakaiannyaagar tidak hilangakibat dinamika peradaban manusiadan intervensi dari bahasa lain.Kita harusaktif dan tepat dalam menggunakan Bahasa Indonesia dantidak menjadikanBahasa Indonesiasebagaibahasa sarkasmeterhadapgenerasi mudadan remaja.Bahasa adalah keharmonian.“Tidak ada satupun negara di dunia ini yang monolingual secara murni” (Meyerhoff, 2006:103).


korea4-598c279b4c4a9b2fac5213a2.jpg
korea4-598c279b4c4a9b2fac5213a2.jpg

Bahasa pada dunia maya dan jejaring sosial yang semakin marak merupakan realitas akibat dinamika peradaban manusia. Bahasa dunia maya dan jejaring sosial merupakan pola bahasa peralihan dari bahasa lisan ke bahasa tulisan. Tidak ada yang salah dalam bahasa dunia maya karena dinamika peradaban manusia, budaya, dan lingkungan/demografis adalah faktor-faktor yang mempengaruhi pola berbahasa seseorang. Dunia maya dan jejaring sosial akan menjadi ancaman apabila penggunaannya yang marak mulai merambah pada aktivitas berbahasa formal, baik lisan maupun tulisan. Namun, bahasa dunia maya dan jejaring sosial akan memberi peluang kepada Bahasa Indonesia untuk semakin menegaskan posisinya sebagai bahasa nasional dan bahasa persatuan. 


Setiap pemakai Bahasa Indonesia menjadi “hati-hati” terhadap perkembangan varian bahasa yang berkembang di masyarakat, di samping harus semakin “peduli” terhadap Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Setiap pemakai Bahasa Indonesia harus aktif dalam menggunakan Bahasa Indonesia dan tidak menjadikan Bahasa Indonesia sebagai bahasa sarkasme terhadap generasi muda dan remaja. Karena bahasa adalah ungkapan kelembutan, bukan ujaran kebencian. Maka BIJAKLAH dalam BERBAHASA di DUNIA MAYAS di JEJARING SOSIAL. Sekarang dan seterusnya .....   

Bravo Bahasa Indonesia #AkuBanggaBerbahasaIndonesia! 

(Syarifudin Yunus, Pemerhati Bahasa Indonesia & Dosen Program Studi Bahasa Indonesia Universitas Indraprasta PGRI)


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun