Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 49 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Apa yang Kurang dari KITA ?

22 Februari 2015   16:09 Diperbarui: 6 Agustus 2016   08:49 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ini bukan sulap. Bukan pula sihir. Apa yang kurang dari kita?

Hidup sudah. Ikhtiar sudah. Mimpi sudah. Kerja sudah. Pokoknya semua sudah dilakukan. Tapi kok belum sesuai harapan. Tapi kok hasilnya belum memuaskan. Terus, apa lagi yang kurang dari kita?

Apa yang kurang dari kita? Tanya lagi, apa yang kurang dari kita?

Jujur, kita ini cuma kurang satu 1 doang. Iya, hanya 1 saja. Satu hal yang kurang dari diri kita. Bukan pada orang lain. Lalu, mengapa kita menyalahkan orang lain. Mengapa pula menyalahkan keadaan. Maka di situlah, kita menjadi terlalu mudah untuk berkeluh kesah. Menjadi toleran terhadap kemalasan. Dan ujungnya sangat mengerikan, menjadi galau tiada akhir. Mengeluh tiada berhenti .... gak ciamikk.

Lalu, apa yang kurang dari kita? 

Gak usah dijawab dulu. Pikirkan saja dan simpan dalam pikiran kita. Mengapa? Karena cuma kurang 1 doang, kita udah merasa gagal. Merasa tidak berhasil. Lalu mencari “kambing hitam”. Menyalahkan orang lain. Berkeluh-kesah.  Gara-gara cuma 1 hal doang, kita meng-klaim diri kita, tidak pantas untuk berhasil. Merasa gak pantas meraih yang kita impikan. Segitu frustasinya. Terus, kalo udah frustasi mau ngapaian juga ? 

Lalu, apa yang kurang dari kita?

Sabar dulu. Gak usah dijawab dulu. Manusia kkayakk kita, kadang memang kurang 1 doang. Dan anehnya, gara-gara kita cuma kurang 1 doang itu, lalu kita bilang dalam hati, “Dimana Allah saat kita sedang sulit? Dimana Allah saat kita sedang sedih?”. Atau kita merasa, “Rencana Allah pada kita telah gagal?”.

Itu semua cara berpikir yang salah. Kita terlalu mudah lupa. Bahwa Allah tidak pernah gagal atas rencananya. Karena Allah pemilik alam semesta. Semua makhluk sangat bergantung pada Allah. Allah juga tidak dimana-mana. DIA ada di dekat kita. Masalahnya, kita mau atau tidak mendekat kepada-Nya.

Tertegunlah. Menunduklah. Dan katakan, kita cuma kurang 1 doang. Kekurangan diri kita. Bukan pada orang lain. Apalagi pada Allah.

Lalu, apa 1 hal yang kurang dari kita?

Sekali lagi, pikir saja dulu. Gak usah dijawab. Kok bisa, kita masuk kuliah tapi belum selesai-selesai. Kok bisa kita belajar tapi sulit bisa mengerti. Kok bisa kita kerja tapi gagal terbebas dari kesulitan finansial. Kok bisa mencintai seseorang tapi ditolak. Kok bisa pengen punya rumah tapi udah 10 tahun belum kebeli juga. Kok bisa punya rencana dan impian tapi gak berhasil menggapainya sampe sekarang.

Pasti ada yang salah dalam diri kita. Pasti ada yang kurang dari kita. Lalu, kita bilang lagi belum beruntung. Kita bilang belum jodoh. Ahhh, sudahlah. Terkadang kita memang banyak alasan. Ada aja yang diomong. Banyak alasan di saat kita tidak berhasil. Tidak pantaslah, tidak layaklah. Ahhh, alasan.

Jadi, apa dong  yang cuma kurang 1 doang dari kita?

Sahabat. Apa yang kita jalani hari ini, apa yang kita tekuni hari ini adalah PILIHAN kita. Bukan pilihan orang lain. Bukan pula pilihan Allah. Apapun masalahnya, hari ini kita sedang berdiri di dunia kita, di pilihan kita.  Kuliah pilihan kita, belajar pilihan kita. Bekerja pilihan kita. Pengen itu, pengen ini juga pilihan kita. Bukan pilihan siapa-siapa.

Kalo kita belum berhasil. Belum mampu mewujudkannya, karena kita cuma kurang 1 doang. Sama sekali tidak benar, kalo hari ini kita merasa bosan. Merasa jenuh dan putus asa. Gak pantas kita mengeluh, apalagi jengkel. Gak pantas kita malas. Gak pantas kita terlalu cepat berpikir negatif. Karena kita cuma kurang 1 doang. Lagi-lag, kita cuma kurang 1 doang. 

Oke kalo begitu. Jadi, apa yang 1 hal yang kurang dari kita?

Oke, oke. Saya akan kasih tahu jawabnya. KITA HANYA KURANG 1 DOANG, yaitu KESUNGGUHAN. Kita sering tidak sungguh-sungguh. Kurang Sungguh-sungguh dalam banyak hal. Banyak yang kita lakukan hanya bersifat sambil lalu. Melakukan tapi setengah hati, tidak sepenuh hati. Kalo kata orang keren, cuma "nice to have". Hanya cukup terlihat melakukan saja, tanpa tahu hasilnya. Hanya melakukan, tapi gak ada manfaatnya.

Kita sering lupa. Bahwa setiap manusia, setiap kita pasti berawal dari titik yang sama. Dan yang membedakan posisi kita sekarang adalah tingkat kesungguhan kita sendiri.

Kita kurang BERSUNGGUH-SUNGGUH.  Hanya segitu doang. Semuuanya serba basa-biasa saja. Tapi tidak sungguh-sungguh untuk mewujudkannya. Ingat, jika kita bersungguh-sungguh, mereka pun akan sungguh-sungguh. Kalo kita sungguh-sungguh, Allah pun sungguh-sungguh. Karena kita tidak sungguh-sungguh, kita sering kecewa dan tidak mendapat apa-apa. Kata hukum sebab akibat, hasil yang baik sangat bergantung pada kesungguhan kita.

Kita hanya kurang 1 doang. Kurang SUNGGUH-SUNGGUH. Asal tahu saja, tidak ada orang bodoh, tidak ada orang yang tidak bisa. Yang ADA orangyang TIDAK SUNGGUUH-SUNGGUH. Tidak sungguh-sungguh dalam bekerja, tidak sungguh-sungguh dalam belajar. Tidak sungguh-sungguh dalam ibadah, tidak sungguh-sungguh dalam berdoa. Semuanya serba tidak sungguh-sungguh.

Bersungguh-sungguh itu bukan berarti memaksa diri untuk bekerja. Tapi bekerja dengan perasaan senang. Ketika sungguh-sungguh itu ada, maka apapun yang kita lakukan akan memberi hasil yang memuaskan, memberi manfaat. Untuk diri kta sendiri, dan untuk orang lain.


Jadi, patut diingat. Kita cuma kurang 1 doang. KESUNGGUHAN, itu saja. Maka lakukanlah segalanya dengan sungguh-sungguh. Seperti kata Ahmad Fuadi, “Man Jadda Wajada: Siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil. ”Apapun, kerjakan dengan sungguh-sungguh. Dan itu semua, mulaillah dari diri kita sendiri."

Kalo udah sungguh-sungguh, baru nanti kita lengkapi denganMan Shabara Zhafira: Siapa yang sabar akan beruntung”danMan Saara Ala Darbi Washala: Siapa yang berjalan di jalannya akan sampai di tujuan.” 

Karena semakin kita bersungguh-sungguh. Maka kita makin dapat tersenyum sepenuh hati. Salam kesungguhan nan ciamikk ... !!


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun