Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Asesor LSP Dana Pensiun Lisensi BNSP - Edukator Dana Pensiun - Mantan Wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku diantaranya JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Membiasakan Berpikir Baik, Susah atau Gampang?

30 Januari 2025   15:28 Diperbarui: 30 Januari 2025   15:28 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pegiat literasi (Sumber: TBM Lentera Pustaka)

Ada benarnya bila pikiran kita ibarat tanah. Jika menanam benih berupa pikiran-pikiran positif, seperti keyakinan, harapan, dan rasa syukur maka pohon yang tumbuh akan menghasilkan buah keberanian, kebahagiaan, dan kesuksesan. Namun, jika tanah itu dipenuhi dengan gulma berupa pikiran negatif, seperti ketakutan dan keraguan, ia akan menghambat pertumbuhan dan membuat pikiran kita mudah rapuh.

Adalah Aristoteles yang mengungkap bahwa kekuatan sejati dari pikiran manusia terletak pada pola pikir yang positif, konsisten, dan berfokus pada hal-hal yang baik. Kebiasaan berpikir baik tidak hanya membentuk cara kita memandang dunia, tetapi juga mengarahkan tindakan kita menuju tujuan yang bermakna., menuju perbuatan yang bermanfaat.

Maka berpikir baik adalah kebiasaan yang harus dilatih. Sama seperti seorang atlet yang melatih tubuhnya untuk menjadi kuat, kita harus melatih pikiran kita agar menjadi lebih tangguh. Dengan membiasakan berpikir positif dan konstruktif, kita dapat menghadapi kesulitan dengan lebih bijaksana dan melihat peluang di balik tantangan. Hanya pikiran baik yang bisa mengubah keadaan menjadi lebih baik. 

Tapi sebaliknya, bila diri kita atau organisasi hanya diisi dengan pikiran buruk, takut kalah populer pasti hasilnya akan buruk. Apalagi dasar pengambilan keputusan bersifat arogan subjektif, tentu sama sekali tidak akan produktif bahkan bisa jadi kontraproduktif. Terkesan baik-baik saja, namun organisasinya rapuh. Akibat dipimpin orang yang arogan dan subjektif. Dan itu realitas yang terjadi di banyak organisasi.

  

Ketahuilah, pikiran yang kuat tidak dibangun dalam semalam, melainkan melalui proses panjang. Semakin sering kita memilih untuk berpikir baik, semakin kuat pikiran kita dalam menghadapi tantangan hidup. Kekuatan pikiran sejati bukan hanya tentang seberapa cerdas kita, tetapi bagaimana kita memilih untuk memandang dunia dengan optimisme dan kebijaksanaan. Bukan sebaliknya, malah menjadikan kekuasaan alat untuk merendahkan orang lain atau menaifkan apa yang sudah ada.

 

Jadi, jika ingin memiliki pikiran yang kuat, mulailah dari kebiasaan kecil: bersyukur, melihat sisi baik dari setiap kejadian, percaya pada potensi diri serta terus memperdalam kebijaksanaan melalui pencerahan filosofis. Sebab, pikiran yang terbiasa berpikir baik adalah dasar dari kehidupan yang penuh makna dan pencapaian yang baik pula. Hindari berpikir jahat, biasakan berpikir baik.

Membiasakan berpikir baik, susah atau gampang nih?  Salam literasi #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan #PegiatLiterasi 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun