Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Asesor LSP Dana Pensiun Lisensi BNSP - Edukator Dana Pensiun - Mantan Wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku diantaranya JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Catatan Literasi: Untuk Apa Mengejar yang Berlari?

26 Januari 2025   09:04 Diperbarui: 26 Januari 2025   09:04 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kakek dan cucunya (Sumber: Pribadi)

Setelah 14 jam melakukan perjalanan Jakarta - Yogya (25/1/2025), saya dan keluarga istirahat di sekitaran Malioboro. Keliling becak-an, makan malam, dan menemani cucu tercinta Aleena sekadar melatih jalan, tapak demi tapak. Memang melelahkan, tapi semuanya terbayar dengan rasa senang. Karena bisa mengisi waktu bareng-bareng keluarga, di luar kesibukan harian.

Nikmati waktu yang ada, jalani yang bisa. Itulah bersyukur. Hal sederhana yang sering dilupakan banyak orang. Tidak usah mengejar yang tidak ada. Bila ada yang menyebut mengejar yang berlari lebih masuk akal dibandingkan mengejar sesuatu yang diam, bagi saya itu suatu kebodohan. Untuk apa membuang energi untuk sesuatu yang "berlari", cara yang tidak seharusnya kita jalani. Bukan begitu?

Kita sering lelah. Karena mengejar yang susah diraih. Merasa lelah karena memikirkan yang tidak dimiliki. Bahkan lelah banget, bila harus membandingkan hidup dengan orang lain. Lebih baik rileks dan santai saja. Lebih baik menjalani sesuatu yang "diam" karena memang sudah ada dan sudah dianugerahi oleh Allah SWT untuk kita. Jalani pekerjaan yang ada, nikmati saat-saat bersama keluarga, hingga berkiprah secara sosial di taman bacaan. Jadikan semuanya sebagai ladang amal, insya Allah tidak ada lelahnya. Justru ditambah nikmatnya, sehat badannya, dan berkah rezekinya.

Tidak mengejar yang berlari. Jangan pula berlebihan punya obsesi. Mimpi boleh tapi harus realistis. Kenapa stres, karena terlalu banyak mengejar yang tidak sesuai dan tidak pantas untuk kita. Kenapa gelisah, karena gagal menikmati yang dimiliki. Karena menjalani hidup yang tidak sesuai dengan cara hidup itu sendiri. Terlalu percaya pada otak, terlalu pusing dengan omongan orang lain. Sehingga gagal mengikuti kata hati sendiri. Tidak mau mengikuti pepatah langit, yang kebenarannya sudah mutlak. Bahwa "apa yang ada dan kita miliki saat ini, sudah pantas untuk kita".

Jangan lagi mengejar yang berlari. Jangan pernah meminta orang lain untuk bertanggung jawab atas diri kita. Kita yang lakukan, kita yang raih, kenapa harus bergantung kepada orang lain? Dan yang penting, jangan pernah pula menyalahkan diri sendiri. Sebab tidak ada gunanya dan tidak akan bisa mengubah apapun yang telah kita perbuat. Lebih baik perbaiki niat, baguskan ikhtiar dan seringlah berdoa. Selebihnya, biarkan Allah SWT yang bekerja untuk kita. 

Dari sekian banyak perjalanan yang kita lalui, sudah pasti ada yang berubah ada yang berbuah. Karena memang hidup adalah tanggung jawab kita. Kita pun tidak mengontrol orang lain, mau apa ke kita. Kita hanya bisa mengontrol diri sendiri, maka tetap waspada dan hati-hati dalam hal apapun. Jadi lebih baik perbaiki diri mumpung masih punya waktu. Biarkan orang lain dengan persepsi, pikiran dan tindakannya sendiri. Toh, semuanya akan ada waktunya, akan ada balasannya.

Sungguh, nilai diri kita itu tidak ditentukan oleh orang lain. Seberapa jelek atau sempurna pun hidup kita, orang lain tidak punya andil apapun. Mereka tidak sekolahkan kita, mereka tidak akan kasih makan kita selagi lapar. Jadi fokus pada diri sendiri saja, nikmati yang ada, dan syukuri yang dimiliki. 

Jangan mengejar yang berlari. Sebuah pesan literasi tentang cara kita memperlakukan diri kita sendiri dan bagaimana kita bersikap terhadap nilai diri kita sendiri. Ya, diri sendiri bukan diri orang lain. Salam literasi #PegiatLiterasi #TBMLenteraPustaka #CatatanLiterasi

Menikmati malam di Malioboro (Sumber: Pribadi)
Menikmati malam di Malioboro (Sumber: Pribadi)

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun