Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Asesor LSP Dana Pensiun Lisensi BNSP - Edukator Dana Pensiun - Mantan Wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku diantaranya JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Masa Pensiun Nggak Cukup Cuma Punya Uang, Terus Apa Dong?

20 Januari 2025   10:21 Diperbarui: 20 Januari 2025   10:21 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pensiunan berkiprah sosial (Sumber: TBM Lentera Pustaka)

Seorang kawan bertanya, apa setiap orang yang mau pensiun harus punya uang? Ya, sudah tentu saat pensiun harus punya uang. Karena saat pensiun kan kita tidak bekerja lagi, tidak punya gaji bulanan lagi. Maka uang pensiun harus ada, untuk membiayai kehidupan sehari-hari. Bila pensiun punya uang kan bagus, agar tidak bergantung kepada anak atau orang tua. Agar tidak susah di hari tua, tidak kesulitan ekonomi di masa pensiun. Bila pensiunan punya uang yang cukup, kan ibadahnya jadi tenang.

Pensiun tidak harus kaya raya. Asal bisa memenuhi kebutuhan hidup dan tidak merepotkan orang lain sudah cukup. Biar sudah pensiun tetap bisa beli apa yang dimau, bisa bayar apa yang dimakan. Lagi pula, bila hari tua kita tidak punya uang. Bisa jadi malah diremehkan orang, jadi bahan gunjingan teman-teman sendiri. Makanya penting untuk tetap siapkan ketersediaan uang di masa pensiun, mumpung masih punya waktu. Uang pensiun penting untuk memastikan kita bisa hidup nyaman di hari tua, iyakan?

Nah, apa saat pensiun hanya uang yang penting dan berpengaruh? Tentu tidak , sebab pensiun tidak semata-mata bergantung pada uang. Siapapun yang mau pensiun juga harus siap secara emosional. Mentalitasnya siap untuk pensiun, bisa mencari alternatif kegiatan untuk aktivitas sehari-hari. Biar tidak post power syndrome.  Karena sejatinya, pensiun itu sangat dipengaruhi oleh factor emosional atau mentalitas. Bukan hanya uang.

Daniel Goleman, seorang psikolog terkemuka di dunia menyebut. Selain urusan uang, setiap orang harus punya kecerdasan emosional (emotional intelligence). Untuk mengenali, memahami, dan mengelola emosinya sendiri dan orang lain. Bahkan penting pula kecerdasan sosial, bagaimana interaksi dengan lingkungan sosial secara lebih konkret. Karena biasanya, orang dengan kecerdasan emosional yang tinggi akan lebih mampu menghadapi tantangan, membangun hubungan yang baik, dan mencapai tujuannya. Tidak mudah stress, tidak gelisah.

Masih ingat berita, tentang pensiunan Brigjen TNI, yang tewas mengambang di perairan Marunda akibat mobilnya menceburkan diri ke laut (10/1/2025). Apa beliau tidak punya uang pensiun, pastinya ada kan. Lalu kenapa bisa terjadi? Mungkin ada faktor emosional atau sosial yang memengaruhinya. Belajar dari realitas itu, maka penting pensiunan menyiapkan aspek emosional dan sosial. Agar lebih stabil dalam berpikir dan bertindak.


Jadi jelas, pensiunan tidak cukup hanya punya uang. Tapi harus didukung dengan kecerdasan emosional dan sosial yang memadai. Kecerdasan emosional, harus diakui, menjadi variabel penting seorang pensiunan. Karena dengan emosi yang cerdas di hari tua, maka seorang pensiunan setidaknya punya 5 elemen penting untuk menjalani kehidupan di hari tua, seperti:

1. Adanya penguasaan emosi, untuk mengendalikan dan mengatur emosi agar tidak mengambil keputusan yang impulsif atau merugikan.

2. Adanya kesadaran diri, untuk mengenali emosi diri sendiri, memahami kekuatan dan kelemahan pribadi, sehingga dapat bertindak secara bijak.

3. Mampu mengelola tekanan emosional, agar tetap tenang menjalani hari tua.

4. Punya empati, untuk memahami dan merasakan perasaan orang lain yang menjadi dasar hubungan sosial yang baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun