Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Asesor LSP Dana Pensiun Lisensi BNSP - Edukator Dana Pensiun - Mantan Wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku diantaranya JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Survei: Gen Z Lebih Suka Freelance daripada Kerja Kantoran, Gimana dengan Dana Pensiunnya?

17 Januari 2025   05:32 Diperbarui: 17 Januari 2025   05:32 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gen Z lebih suka kerja freelance (Sumber: SuperRadio.com)

Sebanyak 70 persen Gen Z lenih suka bekerja sebagai freelance daripada kerja kantoran. Begitu simpulan hasil survei tentang preferensi kerja Generasi Z atau Gen Z di Amerika Serikat (2023). Persepsi tentang dunia kerja di mata Gen Z, kaum  muda berusia 16-26 tahun atau pada rentang kelahiran tahun 1997 hingga 2012 jelas sudha berubah.

Di Indonesia sendiri, berdasarkan Sensus Penduduk 2020, Gen Z menempati porsi komposisi penduduk sebesar 28% dari total populasi 270 juta jiwa. Sementara generasi milenial mencapai 26% dan Post Gen Z mencapai 11%. Itu berarti, 65% komposisi penduduk Indonesia didominasi oleh generasi milenial, Gen Z, dan Post Gen Z. Maka dunia kerja kaum muda di Indonesia berkecenderungan bergeser pula ke arah freelance daripada kerja kantoran.

Sayangnya hari ini, hamper semua penduduk di Indonesia bahkan Asia masih dihadapkan problematika yang sama, yiatu khawatir soal masa pensiun. Takut kehabisan tabungan untuk menyokong hidup mereka di masa pensiun sebagai akibat dari kurang persiapan masa pensiun. Survei berjudul Diverse Asia 2024 dari Manulife Investment Management menyebut kekhawatiran banyak orang di masa pensiun terungkap akibat adanya beban menanggung hidup orang tuanya, sekaligus menyokong hidup anak-anaknya sendiri. Terjebak jerat sandwich generation yang tidak berujung. Bagi kalangan Gen Z bila bekerja secara freelance namun harus menanggung beban ekonomi orang tua pasti menjadi masalah.

"Realitas komposisi penduduk sudah berubah, Indonesia saja didominasi 65% kaum milenial, Gen Z, dan Post Gen Z. Tapi sayangnya, kesadaran akan pentingnya menabung untuk hari tua atau masa pensiun relatif belum berubah. Inilah tantangan besar dana pensiun di Indonesia, edukasi dan kemudahan akses masih jadi masalah" ujar Syarifudin Yunus, Asesor berlisensi BNSP di LSP Dana Pensiun.

Selain candu internet, tipikal karakter Gen Z cara berpikirnya cerdas, cara bekerjanya lebih cepat lantaran didukung oleh teknologi namu "kurang betah" bekerja lama-lama. Apalagi gampang terbuai oleh gaya hidup yang komsumtif dan hobi nongkrong di warung kopi, maka Gen Z dihantui kondisi "dompet tipis", tidak punya persiapan dana yang cukup untuk masa depan dikarena gaya hidupnya. Dan faktanya dalam hal keuangan, Gen Z di Indonesia lebih suka menghabiskan uang untuk mendapatkan pengalaman tertentu dibandingkan menabung atau menambah aset. Apalagi harus berpikir soal masa pensiun.

Survei Syarifudin Yunus tentang persepsi soal pensiun di kalangan Gen Z (Desember 2024) diperoleh data 86% Gen Z tidak punya persiapan masa pensiun atau hari tua. Bahkan 61% dari Gen Z tidak tahu tentang dana pensiun. Kondisi ini tentu makin memperjelas soal kekhawatiran Gen Z dan penduduk Indonesia akan masa pensiun yang tidak pasti, bahkan berpotensi mengalami masalah keuangan di hari tua. Ke depan, Gen Z di Indonesia sangat berpotensi menjadi "beban ekonomi" baru di hari tuanya.

Maka menjadi tantangan semua pihak, termasuk industri dana pensiun untuk memberikan penyadaran terhadap Gen Z akan pentingnya mempersipakan masa pensiun. Caranya, tentu dengan melakukan edukasi secara berkelanjutan akan pentingnya dana pensiun dan memastikan tersedianya akses untuk memiliki dana pensiun secara digital. Bila Gen Z lebih suka bekerja freelance daripada kerja kantoran, maka ke depan keikut-sertaan dana pensiun pun akan cederung memilih kepesertaan individu, bukan korporasi.

Bak "buah simalakama". Di satu sisi, Gen Z mungkin berpikiran mereka masih muda sehingga tidak perlu terburu-buru punya dana pensiun walau nyatanya mereka sama sekali tidak punya persiapan yang memadai untuk hari tua. Namun di sisi lain, bagaimana cara untuk "memengertikan" Gen Z untuk punya dana pensiun yang berbasis digital. Gen Z harus tahu, cepat atau lambat mereka akan tua. Jadi, apa yang sudah disipakna untuk masa pensiunnya? #EdukasiDanaPensiun #DanaPensiun #YukSiapkanPensiun

Relawan taman bacaan Gen Z (Sumber: TBM Lentera Pustaka)
Relawan taman bacaan Gen Z (Sumber: TBM Lentera Pustaka)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun