Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Asesor Kompetensi Dana Pensiun - Mantan Wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku diantaranya JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Romantisme Pegiat Literasi di Kaki Gunung Salak

30 Desember 2024   08:41 Diperbarui: 30 Desember 2024   08:41 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Relawan taman bacaan (Sumber: TBM Lentera Pustaka)

Saat tim MOtor BAca KEliling (MOBAKE) TBM Lentera Pustaka usai menjalankan aktivitas sediakan akses bacaan di Kp. Gadog Tengah Desa Sukajadi di kaki Gunung Salak, mampir sejenak di daerah tamansari untuk membaca buku di tengah jalan. Berfose ria sambil diskusi sejenak. Hingga sampailah pada simpulan, akan pentingnya memperhatikan 3 (tiga) hal dalam hidup. Yaitu satu, jangan berlarut-larut dengan masa lalu yang sudah terlewati. Kedua, tidak usah mengkhawatirkan masa depan yang belum terjadi. Dan ketiga, nikmatilah masa kini yang kita miliki dengan apa adanya.

Bahwa tidak semua hal dalam hidup harus dipikir dengan otak, tidak perlu ditimbang dengan akal sehat. Ternyata, hidup hanya butuh keseimbangan. Seimbang lahir dan batin, seimbang dunia dan akhirat. Bahkan seimbang jasmani dan rohani, antara mencari dan memberi sama seimbangnya. Setiap langkah kehidupan patut dijalani dengan bijak, mengolah rasa, meraih kebebasan, memfasilitasi emosi, dan tentunya menjaga harmoni dengan alam. Bila begitu, insya Allah semuanya akan berjalan tenang dan baik-baik saja. Seimbang saja tanpa dominasi akal yang berlebihan.

Adalah Jean-Jacques Rousseau, seorang pelopor filsafat romantisme. Menegaskan pentingnya emosi, alam, dan kebebasan manusia dalam menghadapi kehidupan modern dan struktur masyarakat yang mapan. Dia menyuruh siaoapun untuk ke kembali ke alam, return to nature. Kembali ke alam, sebagai kesadaran hidup yang paling hakiki. Toh, manusia berasal dari tanah dan akan kembali ke tanah. karena alam dipercaya sebagai tempat di mana manusia bisa menemukan kemurnian, kebebasan, dan kebahagiaan sejati. Untuk selalu menyelaraskan hidup dengan alam di mana pun.

Dalam semangat romantisme, kata Rousseau, emosi dan intuisi manusia sangat penting. Memperbanyak pengalaman emosional jauh lebih otentik daripada mengejar penalaran yang rasional. Hidup yang mengalir dengan penuh empati dan sikap peduli, ketimbang menuntut rasional yang bersifat dingin dan terlalu mekanis. Karena di zaman begini, tidak sedikit orang yang mengorbankan kebebasan individu demi kenyamanan dan kemajuan material. Dalam bukunya Discourse on the Origin and Basis of Inequality Among Men, Rousseau menegaskan bahwa ketimpangan sosial muncul karena kepemilikan pribadi dan institusi yang dibuat manusia sendiri.

Sejatinya, kebebasan individu yang hakiki adalah saat mampu menjalani hidup sesuai dengan kehendak alami, mampu berkontemplasi dengan alam. Tanpa tekanan dari norma atau aturan sosial yang sering tidak adil. Tanpa campur tangan logika yang hanya bertumpu benar dan salah. Kebebasan individu pada akhirnya akan menemukan jalannya sendiri. Sebagai cara untuk mengelola perasaan secara alamiah. Seperti proses pendidikan, seharusnya disesuaikan dengan perkembangan alami anak. Bukan pendidikan yang terlalu terstruktur dan mengekang. Terlalu terbatas pada ruang-ruang kelas dan instruksi guru - kurikulum. Namun, membiarkan anak belajar melalui pengalaman langsung dan melakukan kontak dengan alam.

Biarkan semuanya berjalan secara alamiah, itulah spirit yang dijunjung tinggi relawan TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak. Sebagai bagian implementasi gerakan romantisme dalam pendidikan. Untuk sedikit melawan dominasi pendidikan rasional. Sebuah taman bacaan yang menekankan pentingnya aspek pengalaman emsosioanl, spiritualitas, kebebasan individu, dan menyatu dengan alam. Tujuannyam hanya untuk membangun harmoni antara jasamani dan rohani, membentuk peradaban manusia yang lebih beradab. Karena, satu di antara momen paling bahagia dalam hidup adalah saat kita menemukan keberanian untuk melepaskan apa yang tidak bisa kita ubah. Salam literasi #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan #BacaBukanMaen

Aktivitas motor baca keliling (Contoh: TBM Lentera Pustaka)
Aktivitas motor baca keliling (Contoh: TBM Lentera Pustaka)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun