Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Asesor Kompetensi Dana Pensiun - Mantan Wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku diantaranya JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

4 Tantangan Besar Industri Dana Pensiun di Era Digital

12 Desember 2024   07:40 Diperbarui: 12 Desember 2024   07:40 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Industri dana pensiun di Indonesia dihadapkan pada tantangan yang semakin besar di era digital. Selain untuk meningkatkan tingkat inklusi dana pensiun yang kini hanya 5%, dana pensiun juga memainkan peran penting untuk mendongkak tingkat penghasilan pensiun rata-rata masyarakat Indonesia yang saat ini 10%-15% menjadi 40% dari take home pay sesuai rekomendasi ILO.

Faktanya, 1 dari 2 pensiunan di Indonesia saat ini menggantungkan biaya hidup dari anak-anaknya (ADB, Mei 2024). Realitas ini terjadi akibat di masa pensiun tidak memiliki dana pensiun dan hanya mengandalkan program pensiun yang bersifat wajib. Belum lagi ditambah minimnya literasi dan kesiapan untuk menghadapi masa pensiun di kalangan pekerja. Konsekuensinya pula, saat ini 9 dari 10 pekerja di Indonesia sama sekali tidak siap untuk memasuki pensiun atau berhenti bekerja.

Saat seminar pensiun tahunan yang digelar CFA Society Indonesia bersama Kemenkeu, Prospera, dan OJK yang bertajuk "Optimalisasi Manfaat Pensiun Skema Iuran Pasti: Kebijakan Perpajakan dan Metode Penarikan" di Jakarta (11/12/2024) ditegaskan pentingya strategi kolaboratif untuk mempercepat akselerasi pertumbuhan dana pensiun di Indonesia. Untuk itu, OJK menegaskan pentingnya konsentrasi pada 4 (empat) tantangan utama industri dana pensiun, yaitu:

1. Literasi dan inklusi dana pensiun. Mau tidak mau, edukasi secara berjelanjutan dan masif harus dilakukan kepada masyarakat akan pentingnya menyiapkan pemenuhan biaya hidup di masa pensiun melalui dana pensiun. Persepsi masyarakat yang berpikir "pensiun masih lama" harus diubah menjadi "pensiun disiapkan sejak dini".

2. Kepesertaan Dana Pensiun Individu dan Pekerja Informal. Besarnya pekerja sektor informal di Indonesia yang mencapai 60% dari 152 juta angkatan kerja di Indonesia saat ini semestinya menjadi prioritas. Selain dukungan digitalisasi agar mudah mengakses dana pensiun, fleksibilitas iuran dana pensiun untuk individu dan pekerja informal sangat dibutuhkan.

3. Pengelolaan Investasi yang Optimal. Karena sifatnya jangka panjang, pengelolaan investasi yang berkualitas sangat dibutuhkan untuk mencapai akumulasi dana manfaat pensiun bagi peserta lebih optimal. Selain strategi investasi dengan tingkat imbal hasil yang kompetitif, kompetensi pengelilaan investasi menjadi diperlukan termasuk untuk meminimalisasi risiko ppeserta dana pensiun.

4. Harmonisasi Program Pensiun. Penting dilakukan untuk menciptakan sinergi antara program pensiun wajib dan sukarela sehingga menjadi ekosistem dana pensiun yang berkualitas. Proporsi antara program wajib dan sukarela harus bersifat komplementer untuk mencapai replacement ratio 40% dari take home pay pekerja.

Maka untuk antisipasi tantangan besar industri dana pensiun di era digital, mau tidak mau, regulasi bidang dana pensiun yang inklusif menjadi sangat diperlukan. Tujuannya, agar tingkat kepesertaan dana pensiun semakin bertambah dan aset kelolaan dana pensiun tumbuh signifikan. Salam #YukSiapkanPensiun #DanaPensiun #EdukasiDanaPensiun

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun