Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Jangan Jadikan Buku sebagai Beban, Terus Jadi Apa?

1 Desember 2024   06:05 Diperbarui: 1 Desember 2024   07:20 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jangan jadikan buu sebagai beban (Sumber: TBM Lentera Pustaka)

Di dalam buku, terdapat banyak hal. Tidak hanya pengetahuan, ada maslaah, ada perjuangan, ada kesedihan, ada kegembiraan, bahkan ada kisah nyata. Tentu, masih banyak lagi yang bisa diperoleh dari buku-buku.


Membaca buku, berarti berjuang memahami teks. Agar bisa mengatasi bila isinya maslaah. Biar bisa mengerti bila isinya kisah dan perjuangan. Karena buku, kita hadi tahu dan bisa antisipasi apapun. Siapapun yang membaca buku, berarti berani menghadapi tantangan. Bukan malah menjadi beban dan merasa terpuruk atas keadaan.


Kita sadar, mencari dan menemukan anak-anak yang membaca di zaman begini tidak gampang. Apalagi bila gawai sudah dalam genggaman. Bila ada anak-anak yang masih mau membaca, bersyukurlah. Karena kelak, mereka akan bisa jadi anak-anak yang diandalkan. Minimal mereka sudah tahu mana aktivitas yang bermanfaat dan mana yang tidak bermanfaat. Lebih dari itu, mereka pasti mampu berdiri tegak menatap masa depan. Sebab sudah terbiasa "melawan bada cerita" yang ada di dalam buku-buku. Inspirasinya banyak, imajinasinya cukup maka kreativitasnya pasti ada. Tidak usah khawatir terhadap anak-anak yang membaca buku.


Apalagi anak-anak yang terbiasa membaca buku di TBM Lentera Pustaka. Anak-anak yang terbiasa dan dilatih membaca buku bersama, bersuara dan berani tampil mengekspresikannya. Membaca buku yang selalu asyik dan menyenangkan. Bersama buku-buku, mereka membangun harapan dan memperjuangkan keadaan. Agar esok lebih baik dari hari ini. Tidak kurang 150 anak-anak usia sekolah yang terbiasa membaca buku 3 kali seminggu di TBM Lentera Pustaka. Pantaslah, mereka disebut anak-anak yang hidup bersama buku di zaman digital.


Ketahuilah, anak-anak yang terbiasa membaca buku. Mereka tidak akan pernah mau berbagi beban. Tapi justru mereka membiasakan berbagi pengalaman indah dan saling membantu untuk mengatasi maslaah dengan kreatif.


Hari ini banyak orang mencintai waktu dan menyia-nyiakannya. Tapi di TBM Lentera Pustaka, mereka diajarkan memanfaatkan sedikit waktu bersama buku. Agar jangan pernah berkata berat, sebelum mengerjakannya. Hidup jangan hanya berniat baik tapi harus diikuti aksi nyata. Dan  jangan jadikan buku sebagai beban. Jadikan solusi dan kebiasaan.


Dan bersama buku, siapapun akan tersadar. Jangan pernah membuang waktu untuk sesuatu yang tidak baik dan tidak ada manfaatnya. Terima kasih Nak, kalian sudah mau membaca! Salam literasi #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan #BacaBukanMaen

Membaca bersama di sekolah (Sumber: Pribadi)
Membaca bersama di sekolah (Sumber: Pribadi)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun