Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 49 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ngopi Sore Bareng Relawan TBM, Kopimu Aja yang Pahit..

30 September 2024   17:56 Diperbarui: 30 September 2024   18:01 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: TBM Lentera Pustaka

Berkiprah di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) ibarat ngopi. Terkadang manisnya pas, tapi suatu kali pahitnya yang kelewatan. Takaran kopi atau adukannya bisa nggak pas. Jadi, manis pahit itu biasa. Nggak usah dihindari, nanti juga terbiasa.

Begitu pula jadi relawan TBM. Ada pasang surutnya, kadang komit kadang malas. Kadang semangat kadang lelah, nggak apa-apa. Itu sangat lumrah. Apalagi jadi relawan TBM kan sifatnya sosial, bisa jaga komitmen saja sudah luar biasa. Karena nggak sedikit relawan TBM yang sudah kehilangan komitmen dalam perjalanannya. Entah apa sebabnya?

Kembali ke kopi, bila sudah jadi candu. Percayalah, seteguk kopi itu menghangatkan. Memberi nikmat yang luar biasa. Apalagi ditambah suasana yang beda, wow pasti ngopi bisa membangunkan inspirasi. Kopi mantap nan luar biasa katanya. Nah, begitu pula jadi relawan TBM. Siapapun bila sudah biasa berkiprah di TBM, pasti bakal candu. Karena selain mengabdi untuk anak-anak dan masyarakat, TBM juga jadi ladang amal. Kehadiran kita di TBM itu bernilai ibadah, nggak bisa diukur dengan uang. Bisa mengisi waktu untuk aktivitas yang bermanfaat dan bernilai ibadah. Keren kan, karena nggak banyak orang yang bisa mengabdi secara nyata di TBM.

Ngopi juga begitu. Kan ada manis ada pahit. Nggak mungkin ngopi manisnya doang. Kalau mau manis ya minum sirup saja. Makanya mengabdi di TBM butuh konsistensi. Jadi relawan di TBM itu gaya hidup, bukan cuma sekadar isi waktu kosong. Tapi niat untuk berbuat baik dan menebar manfaat di taman bacaan. Wajar, kadang lelah kadang bosan. Tapi bila ingat, anak-anak dan masyarakat yang menjadi pengguna layanan TBM, pasti jadi semangat lagi. Membantu orang lain di TBM itu ibarat "melihat surga" di depan mata, percaya nggak?

Mungkin relawan TBM harus tahu. Terlepas dari manis atau pahit, penikmat kopi itu justru terbiasa menakar hidup. Bahwa ada manis ada pahit. Semuanya harus "diramu" dengan baik. Dari mulai masak air, menakar kopi + gula lalu diaduk. Jadilah hidangan kopi yang luar biasa.

Begitu pula jadi relawan TBM, pada akhirnya terbiasa hidup realistis, mampu menakar hidup. Mana yang baik mana yang nggak baik. Suka duka selalu ada di taman bacaan. Semuanya lumrah, tinggal gimana kita menyikapinya saja. Yang jelas, relawan TBM itu orang-orang mulia. Karena bersedia mengorbankan waktu, pikiran dan tenaga untuk berkiprah di taman bacaan. Demi tegaknya perilaku membaca dan budaya literasi anak-anak dan masyarakat yang membutuhkan. 

Sekarang ini, banyak tempat enak untuk bergaul. Tapi belum tentu bernilai ibadah. Tapi siapapun yang bergaul dan berkiprah di taman bacaan, insya Allah bernilai ibadah. Jadi lebih sehat dan berkah dalam hidup. Lebih tenang karena terbiasa mengabdi di taman bacaan. Begitulah obrolan ngopi sore Pendiri TBM Lentera Pustaka bersama para relawannya. Kopimu boleh pahit tapi YBM jangan ... Salam literasi #RelawanTBM #TBMLenteraPustaka 

Sumber: TBM Lentera Pustaka
Sumber: TBM Lentera Pustaka

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun