Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Apa Artinya Cinta Seorang Ayah?

23 Agustus 2024   14:55 Diperbarui: 23 Agustus 2024   23:46 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suatu sore, ibuku bercerita. Bahwa selagi aku kecil, katanya ayahku selalu memijit bagian badanku sebelum tidur. "Kamu selalu minta dipijit-pijit kecil sebelum tidur" kata ibuku. Bahkan seringkali selagi kamu bayi, ayahmu mengaji di dekat telingamu, sambil bersholawat. Iya selalu bekerja keras, demi menafkahi anak-anaknya. Dari pagi hingga larut malam, bekerja di kantor mengajar di kampus. Bahkan ayahmu jarang mau ke dokter bila sakit, cukup dipijit atau refleksi badan saja.

 

Aku pun terdiam. Tidak ada kata-kata yang aku ucapkan. Aku hanya membatin, "betapa ayahku seorang pekerja keras dan begitu sayang padaku".

Sumber: Pribadi
Sumber: Pribadi

 

Kini aku sudah beranjak dewasa. Sudah 17 tahun usiaku. Ayahku menghadiahi sebuah buku berjudul "Hidup Sederhana". Aku disuruh membacanya. Tapi di balik, hadiah buku itu seolah ada pesan, "Cinta ayahku kepadaku memang luar biasa, tapi lebih banyak disimpan dalam hati karena aku perempuan". Iya begitu menghormatiku sebagai perempuan.

 

Ibuku memang sering bertanya dan menelponku. Bertanya di mana, atau sekadar menanyakan kapan pulang? Saat aku sedang di luar rumah. Kebiasaan itu, mungkin yang diajarkan ayahku. Untuk selalu bertanya keadaan anaknya. Budaya yang ditanamkan ayahku sejak kecil.

 

Ayahku memang jarang meneleponku, ia merasa suaranya tidak lembut sehingga khawatir salah berkata-kata. Seperti terakhir aku umroh di bulan April 2024 lalu. Iya hanya chat WA menanyakan, mau ikut umroh nggak? Aku pun menjawab "iya, mau". Maka berangkatlah aku dan ayahku ke tanah suci Mekah untuk kali kedua.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun