Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

3 Layanan Online Penting di DPLK, Sudah Belum?

23 Agustus 2024   06:24 Diperbarui: 23 Agustus 2024   06:33 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Digitalisasi di era sekarang, sulit dibantah dan susah dihindari. Karena semuanya sudah serba digital. Apa-apa online, apa-apa digital bahkan sudah eranya artificial intelligence (AI) alias kecerdasan buatan. Apapun layanannya harus mudah akses dan ada di genggaman tangan melalui smarthphone. Tanpa digitalisasi, dipastikan bisnisnya akan semakin tertinggal.

Data dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2024 menyebut pengguna internet di Indonesia mencapai 221 juta jiwa dari total penduduk 278 juta. Artinya 80% masyarakat Indonesia telah memiliki akses internet dan pastinya terus meningkat seiring tuntutan zaman. Sementara data BPS hingga Februari 2024 menyebut jumlah angkatan kerja di Indonesia mencapai 142 juta orang, sekitar 41% atau 58 juta bekerja di sektor formal dan 59% atau 84 juta orang bekerja di sektor informal. Asumsi positifnya, semua pekerja pasti punya akses internet.

Hidup  kita, saat ini sudah serba digital. Siapapun sangat bergantung pada internet. Hikmahnya, industri dana pensiun termasuk DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan) pun punya potensi yang besar untuk mengembangkan bisnisnya melalui layanan digital. Khususnya untuk melayani kebutuhan dana pensiun para pekerja di sektor informal dan individual. Tentu, harus didukung pemanfaatan teknologi informasi yang memadai. Tapi sayangnya, saat ini diprediksi hanya 16% dari pelaku DPLK yang memiliki layanan "individual client online". Bahkan bila dibandingkan industri reksadana atau asuransi jiwa, belum ada marketplace DPLK. Sebuah platform online yang menghubungkan pelaku DPLK dengan pembeli/masyarakat yang membutuhkan program pensiun. Masyarakat hari ini belum tahu, ada tidaknya platform yang bisa melayani transaksi jual beli kebutuhan dana pensiun. Agar mudah bertransaksi membeli DPLK dan mengklaim manfaat pensiun DPLK secara digital, termasuk untuk manfaat pensiun lainnya atau manfaat lain.

Menyediakan layanan online DPLK memang tidak mudah. Selain membutuhkan biaya yang besar, layanan online DPLK sangat butuh komitmen untuk memudahkan akses digital kepada peserta atau masyarakat terkait dengan DPLK. Mungkin sudah eranya sekarang, layanan online DPLK paling minimal mampu menyediakan fitur online untuk: 1) pendaftaran/pembelian DPLK, 2) perubahan arahan investasi, dan 3) pencairan manfaat pensiun DPLK plus menyediakan laporan akumulasi saldo DPLK yang bisa dilihat kapanpun oleh peserta DPLK. Bahkan lebih dari itu, layanan online DPLK pun dapat memberi kemudahan peserta dalam melakukan pengkinian data peserta.

Digitalisasi DPLK, suka tidak suka ke depan, akan sangat mempengaruhi daya saing dan efisiensi bisnis penyedia DPLK itu sendiri. Digitalisasi pasti berperan penting dalam pengembangan bisnis DPLK, diantaranya untuk 1) menyediakan akses ynag mudah bagi peserta, 2) menawarkan fitur manfaat pensiun lainnya dan manfaat lain yang ada di DPLK, 3) mempercepat penetrasi pasar, 4) meningkatkan kepesertaan individu dan sektor informal, dan tentu masih banyak lagi manfaatnya. Setidaknhya digitalisasi DPLK, memungkinkan otomatisasi proses bisnis DPLK melalui sistem informasi yang terintegrasi dan bersifat real-time. Selain dapat meningkatkan efisiensi operasional, digitalisasi DPLK pun mampu mengurangi human error dan mengoptimalkan data peserta untuk memahami tren pasar dan apa yang dibutuhkan pelanggannya. Lebih dari itu, digitalisasi DPLK bisa jadi media efektif untuk edukasi dan literasi DPLK secara berkelanjutan sekaligus menghemat biaya promosi. Karena tidak perlu lagi mencetak brosur, flyer, atau iklan sekalipun.

Hari ini, digitalisasi adalah sebuah keniscayaan dalam bisnis DPLK. Apalagi menjelang harmonisasi program pensiun, di mana aka nada program pensiun tambahan bersifat wajib. Saat peserta "diminta" menabung 15% dari upah untuk masa pensiun atau hari tua. Apapun skemanya nanti, pasti digitalisasi harus terjadi. Minimal untuk tahu, seorang peserta yang memiiki "program pensun tambahan bersifat wajib", di sana ada berapa di sini ada berapa? Bila di sana digital, kok di sini tidak digital?

Bila mau disepakati, digitalisasi DPLK sepertinya sudah jadi keharusan ke depan. Sekaligus menjadi terobosan baru yang membuat bisnis DPLK lebih dinamis, lebih kompetitif dan transparan. Pekerja atau masyarakat pun "pilihan" yang sesuai dengan dinamika pasar. Karena dengan digitalisasi DPLK, segalanya jadi mudah. Akse mudah, komunikasi dengan peserta mudah, transaksi mudah, bahkann inovasi layanan pun jadi kian mudah, Karena semuanya sudah digital. Salam #YukSiapkanPensiun #EdukasiDPLK #DanaPensiun

Sumber: Pribadi
Sumber: Pribadi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun