Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ketika Kamu Jenuh pada Nasib?

13 Mei 2024   17:35 Diperbarui: 13 Mei 2024   19:40 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mungkin, tidak sedikit orang di sekitar kita mengeluh tentang keadaan hidupnya. Pemicunya, bisa jadi soal keadaan ekonomi, soal pekerjaan, jodoh, rumah tangga, lingkungan, dan berbagai masalah lainnya. Mengeluh, seolah-olah nasibnya jelek. Merasa bahwa keberuntungan tidak berpihak kepadanya. Hari ini pun masih mengeluh. 

Bila dipikir lebih mendalam, semestinya tidak ada istilah nasib buruk dan nasib baik. Sebab nasib sangat tergantung dari diri kita sendiri. Nasib tidak terjadi tanpa sebab. Tapi nasib, pasti erat hubungannya dengan ikhtiar yang kita lakukan. Nasib itu akibat dari apa yang kita kerjakan.

Tentu saja, nasib tiap orang berbeda. Karena niat dan ikhtiarnya pun berbeda. Tapi apapun nasibnya, perlu sikap yang bijak dalam menghadapi keadaan, baik atau buruk sekalipun. Agar tidak melulu mengeluh, tanpa berjuang untuk sabar dan bersyukur. Berpikir positif saja, agar tetap mau ikhtiar yang baik. Karena terlalu percaya pada nasib pun akan membuat seseorang menjadi pasif dan makin banyak mengeluh. Akibat harapan tidak sesuai dengan kenyataan.

Allah SWT menegaskan, "Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, sebelum kaum itu sendiri mengubah apa yang ada pada diri mereka" (QS. Ar-Ra'd : 11). Maka jelas, nasib sangat bergantung pada ikhtiar kita sendiri. Ubahlah cara pandang tentang nasib. Nasib hanya soal mind set.

Lalu, bagaimana cara mengubah nasib kita? Mungkin banyak literatur yang membahas itu. Tapi cara yang paling sederhana adalah "memperbanyak berbuat baik dan menebar manfaat kepada sesama" seperti yang saya lakukan di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di Bogor. Berkiprah secara sosial untuk membantu banyak orang walau hanya melalui buku-buku bacaan. Agar anak-anak kampung terbebas dari putus sekolah atau pernikahan dini. Setelah ikhtiar baik, tentu yang tidak kalah penting meningkatkan sikap sabar dan syukur dalam segala keadaan. Karena apapun yang kita alami dan miliki, semuanya memang sudah pantas untuk kita. 

Dan seringkali, hidup kita makin berat, dada terasa sempit, bahkan masalah tidak kunjung selesai. Karena kita sering kali tidak melibatkan Allah SWT dalam urusan kita. Maka libatkan Allah dalam soal apapun. Minta petunjuk-Nya. Bila niat dan ikhtiar sudah baik, maka serahkan selebihnya kepada Allah. Mau sulit, mau masalah libatkan Allah. Karena hanya karena pertolongan Allah, kita akan lebih baik dan lebih baik lagi.

Jadi, berhentilah mengeluh soal keadaan apapun. Karena apa yang terjadi hari ini, bisa jadi cara Allah untuk "menaikkan kelas" kita di esok hari. Atau minimal, apa yang dialami kita hari ini ternyata justru didambakan orang lain. Bersyukurlah lebih banyak. Agar keluhan itu pergi dan berganti berkah-Nya. 

Tapi bila masih jenuh pada nasib, ngopi dulu saja di Kopi Lentera, tempat ngopi sambil baca buku di TBM Lentera Pustaka. Salam literasi #KopiLentera #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan

Sumber: Kopi Lentera
Sumber: Kopi Lentera

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun