Hari ini, banyak di antara kita hampir lupa soal rezeki. Ada yang takut tidak punya rezeki, ada pula yang khawatir tidak kebagian rezeki. Sehingga pergi gelap pulang gelap. Dunia dikejar tanpa henti. Hingga merampas hak orang lain atau menghalalkan segala cara. Hanya untuk meraih rezeki. Hati-hati, perilaku itu tanda "lupa" sifat rezeki.
Ternyata, kita hampir lupa tentang rezeki. Rezeki itu  sudah diatur oleh-Nya. Setiap hamba punya rezekinya masing-masing. Kerja keras boleh, banting tulang silakan. Tapi sifat rezeki itu sudah proporsional dari-Nya, sesuai jatahnya masing-masing. Maka rezeki hari ini yang kita miliki, memang sudah pantas untuk kita.
Â
Ketahuilah, bila rezeki itu ditentukan dari kerja keras, Maka para pandai besi yang akan banyak mendapat rezeki. Bila rezeki itu ditentukan dari fisik atau tapang, Maka para model yang akan banyak mendapat rezeki. Bila rezeki itu ditentukan dari waktu kerja, Maka apotik dan warung kopi yang buka 24 jam yang pasti banyak mendapat rezeki. Bila rezeki itu ditentukan karena ijazah atau gelar, Maka para profesor yang akan banyak mendapat rezeki. Dan bila rezeki itu ditentukan karena kekuatan, Maka para pegulat yang akan banyak mendapat rezeki. Buktinya apa?
Rezeki, tidak akan diraih bila dikejar. Tidak akan datang bila bukan milik kita. Karena rezeki itu Allah yang menjamin dan menentukan. Maka tidak seorang pun dapat mengubahnya meski ia memiliki banyak kelebihan. Ketahuilah, "Sesungguhnya Allah, Dialah Maha Pemberi rezki yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh." (QS. Adz Dzariyat: 58).
Allah pula yang berkuasa untuk menyempitkan dan melapangkan rezeki siapa pun. Asal dikehendaki-Nya. Mau banting tulang, mau peras keringat belum tentu rezekinya melimpah. "Sesungguhnya Tuhanmu melapangkan rezki kepada siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkannya; Sesungguhnya Dia Maha mengetahui lagi Maha melihat akan hamba-hamba-Nya." (QS. Al Isro': 30). Kata kuncinya, justru terletak pada niat dan ikhtiar serta seberapa dekat kita dengan Allah?
Jadi, jangan khawatir lagi soal rezeki. Jangan takut soal rezeki. Sekalipun kita tidak tahu di mana rezeki kita, yakinlah bahwa rezeki kita tahu di mana diri kita. Teruslahberbuat baik dan tebarkan manfaat, Insya Allah rezeki itu datang. Bisa jadi, rezeki kita ada di taman bacaan, di kedai kopi, di obrolan bersama teman-teman atau di sedekah yang kita selalu berikan. Intinya, selama kita masih hidup maka selama itu pula jatah rezeki kita masih akan tetap ada untuk kita.
Ingatlah, "Kalaulah anak Adam lari dari rezekinya sebagaimana ia lari dari kematian, niscaya rezekinya akan mengejarnya sebagaimana kematian itu akan mengejarnya." (As-Silsilah ash-Shahihah 952).
Rezeki bukan soal banyak sedikitnya. Rezeki tidak tergantung pangkat atau jabatannya. Tapi rezeki sangat bergantung pada berkah atau tidaknya. Rezeki berkah, pasti akan bermanfaat untuk sesama dan mampu mendatangkan rezeki lainnya tanpa diduga-duga. Perbaikilah niat, baguskan ikhtiar, dan perbanyak doa. Insya Allah, rezeki kita perlahan membaik. Semakin bagus ibadah kita, pasti semakin baik rezekinya. Karena selalu bersyukur, bersabar, dan ikhlas dalam meraih rezeki yang dijanjikan-Nya. Salam literasi #TBMLenteraPustaka #KopiLentera #BacaBukanMaen
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H