Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Saat Aku Terduduk di Pelataran Masjidil Haram

22 April 2024   18:23 Diperbarui: 22 April 2024   18:46 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat terduduk dan tafakur di pelataran Masjidil Haram Mekkah, ketika Umroh yang baru saja usai. Bagus untuk introspeksi diri. Saya pun menghadirkan pertanyaan:

"Kenapa saya bisa ada di sini (Mekkah);ya?"

"Untuk apa saya di sini (Umroh)?"

"Siapa pula yang ciptakan tempat ini?"

"Kenapa begitu banyak umat yang hilir mudik ke Ka'bah Baitullah?"

Tapi sayangnya, pertanyaan itu tidak terlalu menarik untuk orang lain. Pertanyaan yang dianggap remeh, dan tidak penting. Karena jawabnya abstrak. Kita lebih tertarik memikirkan dan belajar tentang uang, sukses dan apapun yang sifatnya material. Benda, barang dan sejenisnya. 

Tertarik banget, bila membahas teknik meningkatkan income dalam waktu singkat. Atau cara mempengaruhi orang lain. Atau tips sukses dalam bisnis atau bekerja. Maka, berlomba-lombalah untuk sukses, untuk punya banyak income. Hebat kan?

Tapi apa yang diperoleh setelah sukses dan banyak uang? Ternyata di kemudian hari, hidupnya mulai terasa hampa, kosong, dan terjebak rutinitas semu. "Kok, hidup begini aja ya?" kata si orang sukses. 

Kita itu sering salah. Nggak mau memikirkan dan berpikir.  Sehingga nggak paham hidup itu untuk apa? Kenapa Al Qur'an ada? Terlalu cepat bilang, hidup itu jalanin aja. Gampang bilang Al Quran nanti aja. Kita malas, kita nggak mau memikirkan.

Kenapa malas? Mungkin nggak kenal, nggak paham. Hidup itu apa dan Al Qur'an buat apa? Coba deh dibayangin, misalnya kita punya sahabat dekat terus dia bilang gini..

"Bro, saya alhamdulillah Allah kasih banyak harta dan berlimpah lagi. Elo lagi butuh apa Bro? Bilang aja bro. Apapun saya kasih. Sekali lagi apapun bro. Dari air minum sampai uang pun, insya Allah saya kasih bro. Telpon ya Bro kalo perlu?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun