Terkadang, kita memang harus membiarkan pikiran untuk memulai perjalanan baru. Agar mampu meninggalkan semua pikiran tentang dunia yang sudah terlalu dikenal sebelumnya. Biarkan saja, sekali-sekali jiwa membawa kita ke tempat yang diinginkan. Tutup mata, tutup telinga, dan biarkan semangat kita mulai melambung. Dan akhirnya, kita akan hidup di jalan yang belum pernah dijalani sebelumnya.
Mencari jalan pulang. Begitulah cara meniti jalan untuk kembali kepada-Nya. Kembali ke kampung halaman yang paling hakiki dan abadi. Jalan menuju Allah, sambil mencari bekal utnuk jalan pulang ke akhirat.
Harus diakui, dunia bukan rumah kita. Bukan pula tempat tinggal abadi. Maka jangan cari kesenangan dunia. Jangan terlena dengan hidup yang sementara. Karena di sini, kita  hanya pejalan kaki dalam perjalanan kembali ke rumah-Nya.
Sahabat, ketika jalang pulang. Bukankah mereka yang sedang mudik lebaran selalu mengingat rumahnya dan mencari buah tangan untuk dibawa ke kampung. Berapa uang yang mau dibagikan, berapa banyak pula cerita yang ingin dikisahkan.Â
Lantas, apa yang kita bawa untuk penghuni rumah kita kelak, Rabbi yang mulia. Allah yang memberi segalanya untuk kita, apa bekal yang akan kita bawa? Bukan materi, buka pula harta dan jabata. Tapi Allah hanya meminta amal soleh dan keimanan, serta rasa rindu pada-Nya melalui ibadah dan doa.
Maka hari ini (14/4/2024), saya bersama anak bungsu Farah, sedang mencari jalan pulang. Menunaikan ibadah umroh ke tanah suci, Makkah dan Madinah. Bersama rombongan AlHijaz Indowisata. Hanya untuk menggapai ridho-Nya, melalui ibadah di rumah-Nya, di masjid Rasulullah SAW. Agar saya tetap eling, untuk mencari jalan pulang yang benar, bukan yang populer.Â
Mari bertanya, begitu beratkah kita memenuhi harapan-Nya. Sekalipun belum menemukan jalan pulang. Salam literasi #UmrohSyawal #IbadahUmroh #TBMLenteraPustaka
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H