Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Hikmah Lebaran, Kenapa Masih Susah Tersenyum di Hari Raya?

11 April 2024   07:32 Diperbarui: 11 April 2024   07:58 1121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Geleng-geleng dan menganggukkan kepala, artinya tidak selalu sama antara orang Indonesia dengan India. Kontak mata antara kita dengan orang Timur Tengah pun punya makna yang berbeda. Semua tergantung budayanya. Tiap bangsa punya bahasa tubuh yang kadang berbeda maknanya.

Tapi lainnya halnya dengan "senyum" yang tulus. Maknanya pasti tidak jauh berbeda antara satu bangsa dengan bangsa lainnya. Senyum kurang lebih sama artinya di seluruh dunia. Sebuah ekspresi tidak bersuara yang menunjukkan rasa senang, gembira, atau suka. Ada kebahagiaan dan keramahan di balik senyuman.

Senyum itu simbol keaslian. Senyum bermakna universal, hampir semua tempat di dunia tahu maknanya. Tidak ada orang dihujat karena tersenyum. Berbeda dengan orang "meludah", langsung viral seantero Nusantara. Jadi, lebih baik memilih senyum daripada cemberut. Lebih baik tersenyum daripada banyak omong yang belum tentu benar. Senyumlah di hari lebaran.

Senyuman di hari lebaran itu membahagiakan diri sendiri, apalagi untuk orang lain yang menerimanya. Senyum lebaran adalah silaturahim yang hakiki sambil bersalaman untuk memaafkan lahir dan batin. Karena senyumlah saat bahagia berarti kita menjaga kewaspadaan. Senyum saat duka pun meneguhkan kesabaran. Senyumlah saat berjuang makin memperkuat pengorbanan.

Lebih dari itu, senyumlah pada kekasih pasti menyuburkan cinta. Senyum pada musuh berarti membenamkan hormat. Senyum pada pendengki bisa menjejalkan sesal. Senyum pada si ramah pasti menjalinkan ketulusan Senyumlah pada si marah bisa menuangkan sejuk. Dan senyum pada si gelisah pun mampu mengalirkan rasa tenteram.

Senyum di hari lebaran itu indah. Senyum pada kaum miskin itu bisa jadi pelipur lara. Senyum pada si kaya kian mahal harganya. Senyum pada si aniaya pun jadi cahaya atas gelap hatinya. Lalu, kenapa di hari lebaran masih ada orang-orang yang susah tersenyum? Apa masih ada benci dan dendam di hatinya? Lebaran tanpa senyuman, sungguh mengotori dan merusak amalan sebulan penuh saat berpuasa.

"Termasuk akhlaq jelita seseorang; pada saudara senyumnya mengembang, di kala mereka sedang berbincang" (Habib ibn Abi Tsabit). Karena tidak ada masalah yang tidak bisa dilewati dengan senyum di wajah. Maka jangan biarkan amarah, benci dan dendam merenggut seutas senyum yang sederhana. Jangan boleh masalah merenggut senyum kita. Karena energi senyum lebih kuat dari segalanya. Belajar dari senyum, ada banyak cerita yang mampu dituntaskan. Karena sebagian besar orang percaya. Bahwa senyum adalah cahaya di tengah rintangan yang gelap.

Senyumlah di hari lebaran. Kepada orang-orang yang berbahagia, kepada mereka yang bersuka cita. Bahkan kepada musuh-musuh dan lawan berseteru sehari-hari. Karena senyum itu indah dan menyejukkan. Rasulullah SAW bersabda, "Janganlah engkau meremehkan sekecil apapun kebaikan, walau dengan wajah ceria kala bertemu saudara (HR. Muslim: 2626).

Maka tersenyumlah di hari lebaran dan seterusnya. Sebab senyum adalah bagian kebaikan yang tidak butuh biaya mahal. Dan sepercik sedekah tanpa kepayahan bagi siapapun. Percayalah, cemberut itu tidak mengenakkan den mengotori hati siapapun. Untuk apa cemberut? Apalagi cemberut atas alasan dan sebab yang subjektif dan tidak diketahui.

Kok masih ada orang yang "gagal senyum" di hari lebaran? Tersenyumlah lebih banyak, senyumlah lebih tulus kepada siapapun. Sambil bertutur dalam hati, Ya Allah mampukan kami tersenyum karena-Mu. Salam literasi #HikmahLebaran #PegiatLiterasi #TBMLenteraPustaka

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun