Puasa tinggal beberapa lagi. Ramadan pun segera pergi. Semakin hari justru semakin takut. Saat bermusahabah diri, ketika termenung menghitung-hitung diri. Akankah menjadi lebih baik esok atau tidak? Aku takut, aku takut ditinggal puasa, dan aku semakin takut pada-Nya.
Sungguh aku takut. Bila setelah puasa, masih banyak yang belum diperbaiki. Aku takut bila hatiku kian mengeras dan sulit menerima nasihat namun sangat pandai menasihati. Aku takut bila aku malah merasa paling benar sehingga mudah merendahkan kebenaran dari orang lain. Aku pun takut bila ibadahku membuat aku merasa lebih baik dari orang lain, sebaliknya merasa dosaku lebih sedikit daripada orang lain. Aku masih takut bila aku sibuk bersangka baik pada diriku sendiri, namun tidak lelah bersangka buruk pada orang lain. Dan aku takut bila aku merasa cukup dengan ilmuku, sehingga enggan belajar dari orang lain apalagi yang aku pandang lebih rendah dariku.
Sungguh, aku takut bila lidahku makin lincah membicarakan aib orang lain, namun lupa dengan aib sendiri yang menggunung. Aku takut bila esok aku hanya hebat dalam berkata, namun buruk dalam bertindak. Aku pun takut bila merasa tindakanku sedang melakukan perbaikan, padahal nyatanya sedang melakukan kerusakan. Aku masih takut bila aku hanya cerdas dalam mengkritik, namun lemah dalam memperbaiki diri sendiri. Aku takut bila aku membenci dosa orang lain namun saat aku sendiri berbuat dosa malah enggan mengakuinya. Aku kian takut bila aku bermuka dan berkata manis kepada orang lain padahal aku sedang membencinya.
Aku takut bila aku merasa dalam nikmat Allah tapi sebenarnya berada dalam murka-Nya. Aku takut bila lebih sibuk menghitung apa yang belum kuperoleh sehingga melupakan syukurku terhadap apa yang sudah kuperoleh. Â Aku takut bila sudah tergelincir dari jalan Allah tapi masih yakin berada di jalan yang lurus. Aku takut bila banyak berkata niat baik tapi aku tidak pernah melakukan dalam aksi nyata. Dan aku pun takut bila hanya bisa menuntut hak tanpa mau mengerjakan kewajiban.
Ditinggal puasa bikin aku takut. Bila ibadah dan amal soleh hanya begitu-begitu saja. Tapi selalu menghakimi jelek ibadah dan amal soleh orang lain. Aku takut dan akut takut. Karenanya aku harus terus memperbaiki diri. Untuk selalu berbuat baik dan menebar manfaat di mana pun, hingga kapan pun. Utamanya berkiprah sosial di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Sebagai wujud nyata aku takut kepada-Nya. Karena di taman bacaan, selalu ada yang membuat aku takut bila hanya berdiam diri dan tidak melakukan apa-apa. Salam literasi #NgabubuRead #BacaBukanMaen #TBMLenteraPustaka
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H