Banyak orang lupa, ketika berbuat baik itu bukan untuk berusaha menjadi lebih baik dari orang lain. Tapi justru berusaha untuk lebih baik dari diri sendiri di masa yang dulu. Karena di dunia ini, tidak ada satu manusia pun yang bebas dari kesalahan. Tidak ada manusia yang sempurna, setiap jiwa pun pasti memiliki cela.
Ibarat caia saja, biar tidak pernah ribut pasti ditumbuk. Gula pun biar diam saja, pasti diaduk. Mana manusia pun, tidak berbuat salah pun pasti ada yang tidak suka. Apalagi berbuat salah pasti ada saja orang yang mencaci maki, bahkan membenci. Â Tapi ketahuilah, menjadi tidak sempurna bukanlah kesalahan. Namun kenyataan yang menyadarkan bahwa kita harus terus belajar menjadi lebih baik.
Kita itu tidak ditakdirkan untuk disukai semua orang. Pasti saja ada orang-orang yang membenci. Dan biarkanlah yang benci dengan alasan-alasannya sendiri. Toh, kita tidak menyusahkan mereka. Tidak pula berharap apapun dari mereka. Toh pada akhirnya, setiap orang harus berjibaku dengan masalahnya masing-masing. Jangan pernah berharap apapun kepada orang lain.
Ketahuilah, setiap keburukan pasti ada kebaikannya. Setiap kegelapan pasti ada terangnya. Setiap kesamaran pasti ada kejelasannya. Setiap kepahitan pasti ada kemanisannya. Setiap penderitaan pasti ada kebahagiaannya.. Dan setiap permulaan pasti ada penghujungnya. Maka apapun masalah yang terjadi, jangan pernah jadi penghalang untuk selalu berbuat baik dan menebar manfaat.
Berterima kasihlah pada orang-orang yang menzolimi kita. Berterima kasihlah kepada orang-orang yang membenci kita. Bahkan katakan terima kasih kepada orang-orang yang membohongi kita. Karena sebab mereka, kita jadi tahu, jadi lebih bijak dalam hidup, Untuk menerima realitas yang terjadi dan akhirnya mau introspeksi diri untuk memperbaiki diri.
Tetaplah sabar dalam berbuat baik. Dan selalu bersyukur di segala keadaan. Jangan sampai menyerah dalam berbuat baik akibat orang lain. Jangan sampai berkecil hati akibat kebencian orang lain. Bila puasa kita diajarkan untuk menahan diri. Maka masalah atau orang lain pun mengajarkan kita untuk lebih bersabar, lalu melatih sikap ikhlas. Hingga akhirnya mengerti arti bersyukur hingga berada di titik sekarang.
Seperti anak-anak Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Selalu membaca buku, tadarusan, dan khataman setiap minggu di taman bacaan bukan karena ingin dibilang lebih baik ddari orang lain. Melainkan justru mereka menempuh cara memperbaiki diri melalui buku-buku bacaan, melalui taman bacaan. Sementara anak-anak lain lebih senang main atau nongkrong, justru anak-anak taman bacaan memilih untuk membaca buku. Maka membaca buku di taman bacaan, pasti bukan tanpa ujian. Pasti ada saja orang-orang yang tidak suka atau membenci. Jadi, rileks saja dan teruslah membaca di taman bacaan.
Jangan pernah meyakinkan orang-orang yang membensi. Sebab dia akan tetap lebih yakin pada kebenciannya. Itulah bedanya orang positif dengan orang negatif. Orang positif saling mendoakan, sementara orang negatif saling menjatuhkan. Salam literasi #NgabubuRead #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H