Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Asesor Kompetensi Dana Pensiun - Mantan Wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku diantaranya JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Karena Mengajar, Saya Tetap Mau Belajar

27 Februari 2024   20:12 Diperbarui: 27 Februari 2024   20:33 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tahun 2024 ini, saya memasuki masa bakti 30 tahun mengajar di kampus tercinta Unindra PGRI. Tempat saya mengabdikan ilmu sejak tahun 1994, sekalipun saya menimba ilmunya di UNJ, UKI Jakarta, dan Unpak Bogor (walau belum kelar). Alhamdulillah karena mengajar, saya selalu berpikir untuk "menyalakan api" yang menyulut kehausan para pembelajar akan rasa ingin tahu. Entah, sampai kapan mengajar itu akan berhenti?

Semester ini, mulai 2 Maret 2024 besok, saya mengajar mata kuliah "Menulis Kreatif" untuk 4 kelas. Yah, seperti biasa pasti buku pegangannya karya saya sendiri. Buku "Kompetensi Menulis Kreatif" terbitan Ghalia Indonesia dan pastinya akan menghasilkan karya berbentuk buku karya bersama. Mungkin tahun ini antologi cerpen, kisah singkat berbau sastra. Dan nanti launching-nya di TBM Lentera Pustaka. Agar mahasiswa pun tahu dan dekat dengan aktivitas taman bacaan.

Dari belajar teori di kelas, berujung pada praktik menulis yang diterbitkan jadi buku. Hanya itu pembelajaran yang selalu saya pegang. Karena teori tanpa praktik itu omong kosong. Sementara praktik tanpa ilmu pun "jalan sesat". Belajar itu proses, untuk memberi pengalaman untuk bertahan hidup di tengah kompetisi yang kian ketat. 

Ilmu sama sekali nggak ada apa-apanya bila tidak dipraktikan. Ilmu juga tidak ada manfaat bila cuma diomongkan. Prinsip itulah yang saya tuangkan ke TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Kan katanya, sebaik-baik ilmu yang dibagi kepada orang lain.
 Ada orang bilang. Mengajar itu melihat ulat menjadi kupu-kupu. Ada juga yang bilang, mengajar itu butuh hati yang besar untuk membantu siapapun yang pikirannya kecil. Yah, boleh-boleh saja. Tapi buat saya, mengajar itu harus dari hati bukan cuma logika. Karena mengajar tanpa hati, isinya cuma keluh-kesah. Mengajar cuma jadi beban, bukan passion.


Dan yang penting karena mengajar, saya jadi mau terus belajar. Karena buku-buku pula, saya jadi punya hati. Karena apapaun alasannya, mengajar adalah sebuah kehormatan. Salam literasi #BacaBukanMaen #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka

Sumber: Ghalia Infonesia
Sumber: Ghalia Infonesia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun