Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Respon Terbaik Itu Sikap Bukan Fakta

20 Februari 2024   11:49 Diperbarui: 20 Februari 2024   11:51 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bisa jadi, pentingnya sikap sudah banyak diabaikan orang. Karena lebih suka fakta. Padahal, lebih penting sikap daripada fakta. Faktanya versi Quick Count, Prabowo-Gibran menang. Tinggal bagaimana kita menyikapinya? Sikap itulah yang menentukan cara seseorang bertindak terhadap fakta. Sikap pula yang akhirnya menentukan perilaku yang ditunjukkan sehari-hari. Cara berbicara, cara bertindak, hingga cara memperlakukan orang lain sangat dipengaruhi oleh sikap. Sikap atau attitude yang memengaruhi baik tidaknya seseorang ke depannya.

Tentu saja, kita boleh tidak setuju. Tapi menampakkan lesu di hadapan orang lain yang sedang semangat-semangatnya. Itu yang tidak boleh! Kita juga boleh saja bercanda dengan cara kita. Tapi bercanda di hadapan orang lain yang sedang dalam keadaan sedih dan marahnya. Itu yang tidak boleh! Bahkan kita pun boleh tidak tertarik. Tapi bersikap dingin kepada orang lain yang sedang dalam gembiranya. Itu pun tidak boleh! Semuanya tergantung sikap kita, apapun alasannya.

Mungkin suatu kali, bisa jadi beban kita terasa berat, alasan kita boleh kuat, masalah kita pun boleh banyak. Tapi tidak seharusnya kita tampakkan seluruhnya di hadapan orang banyak yang sedang bersuka-cita. Begitupun sebaliknya, kita boleh bahagia, kita boleh senang. Tapi tidak selalu pula harus ditunjukkan di hadapan orang lain yang sedang di rundung duka. Sikap itu penting, agar tidak berlebihan. Agar proporsional, tidak berat sebelah.

Kita sering lupa. Bahwa pertemanan itu pasang-surut. Kadang akrab, kadang jauh. Tinggal cara kita menyikapinya. Seperti manusia pun kadang salah kadang benar. Tinggal kita saja menyikapinya. Jangan memusuhi atau membenci orang seolah-olah hidupnya salah terus. Apa hidup kita sudah pasti benar? Rileks dan objektif saja. Bersikaplah dan kuatkan sikap bukan fakat. Untuk tidak membandingkan hidup dengan orang lain, untuk tidak gampang iri dan benci pada orang lain. Bahkan untuk selalu berpikir positif daripada negatif.

Seperti berkiprah secara sosial di taman bacaan pun butuh sikap. Anak-anak yang membaca sedikit, koleksi buku terbatas. Dukungan CSR pun tidak ada. Keadaa seperyi itu justru harus disikapi dengan positif. Untuk terus berkiprah lebih getol di taman bacaan, sambil memperkuat komitmen dan konsistensi. Jangan malah malas berkegiatan atau seakan "hidup segan mati tak mau". Ketahuilah. Apapun yang bisa menghentikan langkah kita itu bukan karena hilangnya arah tujuan. Tapi karena terlalu cepat mundur, terlalpu gampang menyerah. Sehingga jadi mudah menyerah hanya karena minimnya dukungan. Gas terus saja, toh nanti akan tiba waktunya untuk memetik hasil dari proses yang dijalani. Maka hidup atau berkiprah sosial sangat membutuhkan sikap, lebih jauh dari sekafar fakta.

Di mana-mana, apa sih yang paling mudah membuat seseorang berubah? Justru bukan kerena luka. Tapi karena kecewa, Bila hanya luka bisa diobati dan akan sembuh bersama waktu, meski tidak dengan bekasnya. Tapi saat kecewa, justru tidak lagi dibutuhkan sembuh. Tapi justru akan dilupakan. Itu semua tergantung sikap. Sayangnya, tidak semua hati bisa melakukannya. Maka "respon terbaik adalah sikap. Dan respon terburuk pun ada di sikap". Memang sikap lebih penting daripada fakta. Baik dan bermanfaat dalam hidup itu sikap, bukan fakta.

Maka untuk menjadi baik bukan semata-mata karena kita sedang ingin berbuat baik. Atau sedang menginginkan kebaikan. Tapi kebaikan yang hakiki itu ketika kita bisa membangun peran dan menjadi bagian dari kekuatan baik untuk orang lain. Taman bacaan bukan hanya tempat membaca anak-anak. Tapi lebih dari itu, taman bacaan mampu menjadi "energi baru" anak-anak untuk lebih bergairah dalam hidupnya, lebih semangat mengejar cita-citanya.  

Terkadang, raut wajah itu bisa lebih jujur menjawab dari sekadar berkata-kata. Semuanya tergantung sikap. Maka perbaiki sikap kita, benahi sikap kita. Agar menjadi lebih baik, lebih bermanfaat untuk banyak orang. Salam literasi #TamanBacaan #BacaBukanMaen #TBMLenteraPustaka

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun