Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Apa Iya Tingkat Kegemaran Membaca di Indonesia Meningkat?

17 Februari 2024   07:47 Diperbarui: 17 Februari 2024   07:54 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: TBM Lentera Pustaka

Ternyata, tingkat kegemaran membaca (TGM) masyarakat Indonesia pada tahun 2022 berada di level 63,9 poin pada 2022. Skor tersebut meningkat 7,4% dibandingkan setahun sebelumnya. Itu berarti, makin banyak orang Indonesia yang gemar membaca. Begitulah data survei yang dilakukan Perpusnas (2023) tentang tingkat kegemaran membaca di Indonesia terhadap 11.158 reponden yng tersebar di 102 kabupaten/kota. Survei ini didasari pada dari frekuensi membaca per minggu hingga durasi akses internet untuk bahan bacaan. Tentu, ini kabar menggembirakan ya.

 

Bila dicermasti secara seksama, mungkin skor tingkat kegemaran membaca itu tergolong tinggi, 63,5%. Itu berarti, 6 dari 10 orang di Indonesia gemar membaca. Tapi sebagai pembanding, bisa juga dilihat realitasnya di lapanganya. Apakah benar di dekat kita, setiap 6 dari 10 orang yang ada gemar membaca. Mungkin bisa dicek di kafe-kafe, di angkutan umum atau di mana pun. Karena gemar membaca kan ukurannya adalah sedang membaca buku, bukan ngobrol atau yang lainnya. Seberapa sering kita melihat orang yang sedang membaca buku dalam keseharian?

 

Intinya membaca buku di era digital memang patut ditumbuhkan. Salah satunya melalui aktivitas di taman bacaan. Karena itu taman bacaan di mana pun harus terus berkerasi dan berjuang. Demi tegaknya tradisi baca dan budaya literasi masyarakat. Apapun alasannya, taman bacaan harus eksis dan bertahan. Syratanya sederhana, yaitu memastikan 1) ada anak-anak yang membaca, 2) ada buku-buku yang dibaca, dan 3) ada komitmen dari pengelola taman bacaan itu sendiri. Agar kegemaran membaca di masyarakat tetap hidup sebagai bagian ekosistem sosial. Bila kafe-kafe dan tempat ngopi ada di mana-mana, seharusnya taman bacaan pun ada di mana-mana. Agar akses membaca buku jadi lebih mudah.  

Sebagai realisasi komitmen meningkatkan kegemaran membaca itulah, Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor ikut berkiprah secara sosial. Untuk selalu menyediakan tempat membaca dan akses bacaan untuk anak-anak usia sekolah Kecamatan Tamansari Kab. Bogor. Saat ini tidak kurang dari 100 anak yang akti membaca seminggu 3 kali di taman bacaan. Ada juga 40-an anak kelas prasekolah yang belajar calistung dan bermain di taman bacaan seminggu 2 kali. Ada kegiatan berantas buta aksara. Dan yang tidak kalah penting aktivitas motor baca keliling (mobake) yang mengantarkan buku ke kampung-kampung, agar anak-anak bisa membaca buku. Dengan dukungan 6 wali baca dan 12 relawan, TBM Lentera Pustaka berjibaku untuk tetap menegakkan kegemaran membaca di masyarakat. Dengan menyediakan akses bacaan semudah-mudahnya secara rutin. Taman bacaan dan buku bukan hanya sebagai ladang amal tapi menjadi jalan hidup. Untuk selalu berbuat baik dan menebar manfaat kepada sesama anak bangsa.

Maka untuk menjaga dan meningkatkan kegemaran membaca Masyarakat, taman bacaan harus terus ikhtiar dan berjuang. Ada atau tidak ada yang peduli. Taman bacaan harus memastikan anak-anak yang membaca terpelihara, koleksi buku-buku bacaan selalu tersedia, dan komitmen pengelola TBM harus terus terjaga. Tanpa ketiagnya, sangat berpotensi taman bacaan bacaan akan punah alias "mati suri". Karena sejatinya, taman bacaan yang bertahan di era digital memang harus di-ikhtiarkan bukan hanya didiamkan. Seperti rezeki pun harus dicari bukan ditunggu. Maka proses dan aktivitas taman bacaan menjadi kata kuncinya. Harus ada kegiatan yang dibikin di taman bacaan, apa pun bentuknya. Taman bacaan tidak boleh berdiam diri apalagi pasrah. Karena memang, membangun kegemaran membaca di kalangan anak-anak dan masyarakat itu tidak mudah seperti membalik telapak tangan.

Dan yang penting, kegemaran membaca masyarakt tidak bisa lagi dilihat dari minat membacanya. Tapi harus dari ketersediaan akses bacaan untuk masyarakat. Seberapa banyak tempat-tempat untuk membaca yang tersedia? Gerakan literasi dan taman bacaan pasti efektif bila tempat membaca buku tersedia di mana-mana. Salam literasi #TamanBacaan #BacaBukanMaen #TBMLenteraPustaka

Sumber: TBM Lentera Pustaka
Sumber: TBM Lentera Pustaka

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun