Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 52 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Apa Kita Tidak Malu?

15 Februari 2024   17:25 Diperbarui: 15 Februari 2024   17:28 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bisa jadi, sekarang kita makin kehilangan rasa malu. Segala hal dikeluhkan, belum lagi tidak pernah bersyukur atas apa yang dimiliki. Kok susah untuk malu saat menebar aib orang lain. Atau membenci orang lain tanpa alasan yang jelas. Apa kita tidak malu?

Maka hadirkan rasa malu di hati kita ketika hendak berbuat keburukan. Karena malu adalah sebagian dari iman. Malu itu akhlak, bahkan jadi perisai hidup seseorang. Karena malu, adab bisa terjaga. Akhlak baik pun terpelihara.

Apa kita tidak malu? Selama 360 hari kita sehat, lalu hanya 2 hari saja kita sakit. Tiba-tiba kita mengeluh, "Ya Allah, kenapa Engkau beri aku sakit? Aku sudah tidak sanggup".

Apa kita masih tidak malu? Selama 29 hari kita bersuka cita, lalu 1 hari saja kita dirundung duka. Tiba-tiba kita mengeluh lagi, "Ya Allah, takdir apa ini? Aku sudah tidak sanggup".

Masih belum malulah kita? Selama 20 jam sehari kita kenyang, lalu hanya 4 jam kita  lapar. Tiba-tiba kita mengeluh, "Ya Allah, kenapa tidak ada makanan? Aku sudah tidak sanggup".

Bahkan kita pun masih tidak punya malu. Ketika hanya gemar bercerita tentang keburukan orang lain, sementara orang itu sudah banyak berbuat kebaikan untuk kita. Menghakimi, menzolimi orang lain tanpa mau introspeksi diri. Apa kita tidak punya malu?
Cukup renungkan, tentang malu. Apa kita tidak malu dalam hidup ini. Kepada sang pemelihara kita, Tuhan yang Maha Kuasa. Kenapa kita belum punya rasa malu?
Sesungguhnya, kita ini lebih banyak sehatnya daripada sakitnya. Kita ini lebih banyak senangnya daripada dukanya. Dan kita ini lebih banyak kenyangnya daripada laparnya. Orang lain pun lebih banyak baiknya daripada buruknya. Kok kita belum merasa malu?

Maka jangan banyak mengeluh, apalagi gundah gulana. Bersyukurlah atas apa yang ada. Teruslah berbuat baik dan menebar manfaat seperti pegiat literasi di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Bersyukurlah di segala keadaan. Dan lihatlah bagaimana keadaan orang-orang yang berada di bawah kita? Orang-orang yang membutuhkan uluran tangan kita.

Hanya rasa malu yang dapat menahan kita dari apa-apa yang tidak boleh dan dilarang oleh apapun. Salam literasi #BacaBukanMaen #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun