Ini hanya renungan untuk diri sendiri. Tentang sikap aneh seoranag anak manusia. Membingungkan. Hari-harinya sholat sering ditunda. Sedekah sedikit, bila tidak mau dibilang pelit. Al-Qur'an jarang dibaca, hanya jadi pajangan. Zikir pagi-petamg sering ditinggalkan. Berbuat baik pun dipilih-pilih, bahkan terlalu gampang iri dan benci pada orang lain.
Anehnya, saat punya masalah maunya segera dibantu Allah. Bantuan Allah lama datang langsung mengeluh. Diuji satu hari saja marah-marah. Melihat salah orang lain serta merta dendam. Lalu, membolehkan segala cara yang buruk ditempun. Tapi saat berdiskusi dengan teman-temannya, seolah-olah jadi manusia paling benar sedunia. Aneh dan aneh, orang-orang yang tidak bersyukur.
Orang-orang yang tidak bersyukur. Pasti ada di sekililing kita, di dekat kita. Perangainya bisa saja baik. Tapi moral dan tindakannya bertentangan. Tidak bersyukur, karena suka membandingkan diri dengan orang lain. Selalu iri atas pa yang orang lain miliki. Kurang bersyukur, jadi gagal melihat dan menikmati apa dimiliki. Stres, berkeluh-kesah, dan gampang menyalahkan orang lain. Mentalitasnya "korban", bukan militan. Orang yang tidak bersyukur, pasti tdak pernah puas dengan yang dimiliki. Selalu merasa kurang, dan menginginkan harta seperti orang lain. Mungkin, agar dibilang unggul dan mentereng. Akibat salah bergaul atau gaya hidup hedonis.
Â
Kita sering lupa. Allah itu maha baik. Bahkan selalu memberikan yang terbaik kepada hamba-Nya. Nikmat sehat, bernafas, hingga masih bisa beraktivitas sehari-hari adalah karunia yang tidak ternilai harganya. Hari gini masih banyak mengeluh, membenci, bahkan iri kepada orang lain. Bertanyalah, "nikmat Tuhan mana lagi yang kita dustakan?". Tidak punya bukannya bekerja malah mengambil hak dan milik orang lain. Punya uang bukannya dipakai sedekah malah untuk gaya hidup dan pergaulan yang tidak jelas. Ehh, giliran punya masalah langsung mengeluh. Bilangnya Allah tidak membantu, apalagi orang lain.
Maka patut direnungkan, mulailah memperbaiki diri. Untuk lebih taat kepada Allah. Utamakan Allah dalam urusan apapun. Bila hajat kita mau dikabulkan. Senangkan Allah bila mau disenangkan-Nya. Cukup melihat ke bawah untuk urusan dunia. Bersyukur atas semua keadaan lalu bersabar saat ditimpa uiian. Jalani perintah-Nya, jauhi larangan-Nya. Teruslah berbuat baik dan tebarkan manfaat di mana pun. Mulai jauhi hal-hal yang tidak bermanfaat dalam pergaulan. Karena sebaik-baik manusia itu adalah yang bermanfaat bagi orang lain. Spirit itulah yang mendasari saya berkiprah di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Membimbing anak-anak yang membaca, mengajar kaum buta huruf, bermain dengan anak difabel, bahkan bergaul dengan anak-ank yatim dan kaum jompo yang dibina. Taman bacaan sebagai ladang amal, tempat menyiapkan bekal untuk hari esok. Dan menjauh dari urusan duniawi, urusan yang sementara.
Literat itu bukan kalau ada masalah maunya segera dibantu Allah. Tapi kerjakan dulu apa yang Allah senangi, perbaiki akhlak dan tindakan sehari-hari. Dan niatkan semua yang baik karena Allah, bukan malah menjauhi-Nya. Salam literasi #BacaBukanMaen #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H