Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 49 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Terserah Kamu, Mau Pakai Cara yang Mana?

20 Januari 2024   06:57 Diperbarui: 20 Januari 2024   09:28 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Untuk mencapai tujuan, siapapun punya banyak cara. Ada banyak jalan untuk menuju Roma. Ada banyak hal yang bisa dikerjakan, ada kebiasaan seperti apa yang dilakukan. Maka untuk menjadi lebih baik selalu ada banyak cara. Sebaliknya untuk menjadi jahat pun selalu ada caraya. Itu berarti, hidup ini terserah mau pakai cara yang mana? Persis seperti pilpres nanti, terserah mau pilih siapa?

Siapapun boleh menjadi baik, boleh menggapai berkah-Nya. Ada orang yang mencapai ridho Allah dengan cara dikenal banyak orang. Sebab dia selalu memberikan manfaat kepada siapapun di dekatnya, Allah menyayanginya sebab dia menyayangi orang lain. Tapi ada juga yang Allah ridho padanya walau dia tidak dikenal banyak orang. Dia tersembunyi dari hiruk-pikuk duniatapi sangat dikenal penduduk langit sebab amal ibadahnya. Jadi silakan saja, terserah mau pakai cara yang mana? Selama ridho Allah itu bisa kita dapatkan, entah mau dikenal atau tersembunyi, yang penting selama di dunia selalu mengerjakann yang baik dan taat kepada-Nya.

Ada juga sebaliknya, ada orang yang dikenal karena maksiatnya, jahatnya. Kata-katanya yang kasar dan kotor, berpihak pada kezoliman, merendahkan orang lain, bahkan tidak tekun pada agamanya. Ada pula yang Allah murka kepadanya sebab dosa-dosa yang dia lakukan secara konsisten saat menyendiri. Sok tahu atas kejelekan orang lain tanpa tahu kejelekan diri sendiri.  Punya mulut dipakai untuk ghibah dan fitnah, punya handphone untuk aktivitas yang tidak ada manfaatnya, Itulah orang yang merugi, dikenal karena kemaksiatan, dikenal karena omongan dan perilakunya yang buruk. Bahkan menyendiri dalam dosa. Cara-cara buruk pun masih dipilih dalam hidupnya. Maka hati-hati, jangan sampai kita terjebak ke dalamnya. Sekalipun terserah, mau pakai cara yang mana?

Terserah, mau pakai cara yang mana? Hidup kita untuk apa dan mau ke mana? Sebab di masa sekarang, boleh dibilang tidak ada lagi rahasia. Banyak orang lebih mudah bermaksiat lewat media sosial. Lebih gampang berghibah dan meremehkan orang lain. Bersikap kasar, perilakunya semena-mena. Senang berolok-olok dan dianggap hal yang biasa bagi kebanyakan orang.

Hidup ini hanya sekali, jangan sampai disia-siakan dengan cara-cara yang membuat kita menyesal ke depan. Saat orang lain sibuk berkarya, jangan sampai kita hanya sibuk mencela. Bila kita merasa lebih baik dari orang lain, buktikan saja dengan karya yang lebih baik. Tidak perlu menjatuhkan orang lain untuk terlihat lebih baik dan lebih tinggi? Karena apapun, bukan tergantung pada penilaian manusia. Tapi tergantung ridhol Allah SWT. Maka caranya, bila tidak mampu menandingi kebaikan dalam keramaian, ambillah kemenangan dalam kesunyian. Kerjakan sholat, bersedekah, dan tebarkan manfaat di mana pun. Manusia itu hanya bisa ikhtiar, selebihnya biarkan Allah yang bekerja untuk kita.

Terserah mau pakai cara yang mana? Ada orang menggapai ridho-Nya dengan membangun masjid. Ada yang mengejar ridho-Nya dengan menyekolahkan anak-anak yatim. Bahkan ada yang mencapai ridho-Nya dengan berbuat baik dan menebar manfaat melalui aktivitas sosial seperti yang terjadi di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Maka terserah, mau pakai cara yang mana?

Seperti membaca buku, terserah buku apa yang mau dibaca. Buku cerita rakyat boleh, ensiklopedia boleh, sains boleh, relijius boleh, atau novel pun boleh. Asal tetap membaca buku di mana pun. Agar bertambah ilmu dan pengetahuan. Jangan sampai kita banyak omong tanpa pernah membaca buku. Bacalah buku selagi masih ada waktu, seperti berbuatlah baik mumpung masih ada nafas.

Intinya, bila ridho Allah yang kita cari. Maka kita akan semakin hati-hati dengan lisan dan segala tindakan yang kita lakukan. Karena apapun, Allah hanya menerima yang ikhlas niatnya dan baik caranya. Salam literasi #BacaBukanMaen #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun